JAKARTA - Seorang jenderal berpengaruh di Sudan menuding, Uni Emirat Arab (UEA) mengirimkan pasokan ke Rapid Support Forces (RSF), secara terbuka menuduh UEA terlibat dalam perangnya dengan kelompok paramiliter tersebut untuk pertama kalinya.
Para pemimpin militer sebelumnya hanya mengisyaratkan adanya campur tangan negara-negara tetangga yang tidak disebutkan namanya dalam perang yang telah berlangsung selama tujuh bulan, menyebabkan lebih dari 6 juta orang mengungsi dan memicu gelombang pembunuhan yang didorong oleh etnis di Darfur.
"Kami mendapat informasi dari intelijen, intelijen militer dan saluran diplomatik, UEA mengirimkan pesawat untuk mendukung Janjaweed,” kata Jenderal Yassir al-Atta dalam pidatonya di depan anggota Badan Intelijen Umum di Omdurman, melansir Reuters 29 November.
RSF berkembang dari milisi Arab yang dikenal sebagai Janjaweed, yang kemudian membantu tentara Sudan menumpas pemberontakan di Darfur pada tahun 2000-an.
Atta mengatakan, UEA telah menyalurkan pasokan yang tidak ditentukan ke RSF melalui Uganda, Republik Afrika Tengah (CAR) dan Chad. Dukungan telah tiba minggu ini melalui bandara di ibu kota Chad, Ndjamena, setelah sebelumnya datang melalui Amdjarass, katanya.
Atta memuji Rusia yang telah membubarkan kelompok paramiliter Wagner, yang menurutnya memfasilitasi pasokan melalui CAR. RSF sendiri telah membantah adanya kaitan dengan kelompok tersebut.
"Kami memperingatkan negara mana pun yang berpartisipasi dalam mendukung pemberontakan ini bahwa apa yang terjadi akan terjadi," ujar Atta.
Menanggapi permintaan komentar, seorang pejabat UEA mengatakan, sejak awal perang, UEA "secara konsisten menyerukan deeskalasi, gencatan senjata dan dimulainya dialog diplomatik" di Sudan.
Mereka juga memberikan dukungan kemanusiaan untuk meringankan krisis kemanusiaan di Sudan dan negara-negara tetangga, termasuk melalui rumah sakit lapangan yang didirikan di Kota Amdjarass di Chad pada bulan Juli, kata pejabat itu.
Dikatakan, komentar tersebut muncul setelah RSF mendapatkan momentum dalam perang tersebut, dengan mengusir tentara dari empat negara bagian di wilayah Darfur. RSF dengan cepat menguasai sebagian besar ibu kota, Khartoum, segera setelah dimulainya perang.
SEE ALSO:
Saksi mata mengatakan, RSF telah menggunakan drone dan artileri yang lebih canggih dibandingkan pada awal konflik. Sumber RSF mengatakan, pasukan menyita persenjataan dari pangkalan militer.
Terpisah, Menteri Luar Negeri Uganda menyebut klaim Atta sebagai "sampah mutlak". Sedangkan Tentara Sudan, Chad dan CAR tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Diketahui, Atta menjabat sebagai wakil pemimpin militer Jenderal Abdel Fattah al-Burhan.
The English, Chinese, Japanese, Arabic, and French versions are automatically generated by the AI. So there may still be inaccuracies in translating, please always see Indonesian as our main language. (system supported by DigitalSiber.id)