Bagikan:

JAKARTA - Rugi yang dialami maskapai nasional, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ternyata tak ada apa-apanya dibanding yang dialami AirAsia X Bhd (AIRX.KL). Maskapai asal Malaysia itu tercatat mencatatkan rugi 5,9 miliar dolar AS atau sekitar Rp84,07 triliun (kurs Rp14.250 per dolar AS) pada semester I 2021.

Jumlah kerugian AirAsia tersebut meningkat 8 kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu. Adapun PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mencatat rugi senilai898,65 juta dolar AS atau setara Rp12,8 triliun pada semester I 2021.

Dikutip dari Reuters, Senin 27 September, kerugian AirAsia disebabkan melonjaknya beban operasional, khususnya dari provisi. Kinerja kuartal lalu juga menandakan maskapai yang merupakan afiliasi AirAsia Group Bhd ini merugi sembilan kali berturut-turut.

Selama April-Juni, perusahaan menanggung beban provisi sebesar 23,8 miliar ringgit kepada kreditur karena gagal bayar sesuai ketentuan kontrak. Pada periode yang sama, pendapatan maskapai anjlok 20,9 persen ke 72,3 juta ringgit.

AirAsia sendiri menyatakan dampak dari beban provisi hanya bersifat sementara. Manajemen Kewajiban kontraktual yang menimbulkan provisi akan dibebaskan setelah berhasil menyelesaikan proposal restrukturisasi utang.

Untuk menekan beban, AirAsia berencana untuk mengurangi armada yang beroperasi dan mengembalikan kelebihan pesawat kepada lessor. Hingga kini, maskapai telah mengembalikan satu pesawat dan sedang dalam diskusi dengan lessor pesawat lain untuk mencari ukuran armada yang optimal.

Selain itu, diskusi untuk mengurangi tarif sewa sewa di masa depan masih berlangsung, seperti juga pembicaraan dengan penyedia layanan lain untuk mengurangi biaya pemeliharaan.