Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan Indonesia mampu memasok 80 persen kebutuhan rotan dunia untuk industri mebel atau furniture dan kerajinan hingga saat ini. Adapun rotan tersebut dihasilkan dari 68,8 juta hektare (Ha) hutan produksi di seluruh Indonesia.

Lebih lanjut, Agus mengatakan capaian tersebut didukung oleh jumlah hutan produksi rotan yang dimiliki Indonesia. Adapun hutan produksi rotan tersebar di beberapa pulau besar seperti Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Sedangkan untuk industrinya, sebagian besar berada di Pulau Jawa.

"Iklim tropis Indonesia juga sangat menguntungkan untuk berbagai jenis pohon dapat tumbuh dengan cepat. Kemudian Indonesia merupakan penghasil 80 persen bahan baku rotan dunia," tuturnya dalam acara Indonesia International Furniture Expo (Ifex) Virtual Showroom, Senin, 20 September.

Dengan melimpahnya potensi yang ada, kata Agus, pemerintah akan mengoptimalkannya untuk mengembangkan industrialisasi. Bahkan, agar bisa berkembang dengan cepat pemerintah menyiapkan berbagai insentif berupa pengurangan pajak.

Adapun beberapa skema pengurangan pajak yang akan diberikan yakni libur pajak bagi investor besar, pengurangan pajak bagi para investor yang melakukan penelitian dan pengembangan industri furniture di Indonesia serta kemudahan dalam memperoleh sertifikat Standar Nasional Indonesia (SNI). Termasuk pula kemudahan dalam mengikuti pameran bertaraf nasional maupun internasional.

Sedangkan dari sisi alat produksi, kata Agus, pemerintah akan memberikan bantuan keringan pajak untuk pengadaan alat produksi. Kebijakan seperti ini akan diberikan juga kepada perusahaan yang membangun politeknik furniture dan pengembangan desain mebel berkualitas internasional.

"Ketersediaan bahan baku yang melimpah sebagai komparatif advantages (keuntungan) didukung dengan kemudahan iklim berusaha pemerintah melalui Undang-Undang Cipta Kerja diharapkan akan menumbuhkan industri berdaya saing tinggi dan berwawasan lingkungan," ucapnya.

Agus mengatakan merebaknya pandemi COVID-19 tak membuat industri furniture loyo. Bahkan, permintaan dan daya belinya pun diperkirakan akan meningkat seiring dengan adanya peralihan konsumsi masyarakat dari sektor hiburan, pariwisata dan transportasi ke sektor elektronika, digital serta renovasi rumah.

Karena itu, Agus meminta para pelaku industri mebel untuk terus berbenah dan memperbaiki diri agar dapat menangkap peluang tersebut. Apalagi, kata dia, inovasi akan meningkatkan nilai tambah.

"Dan juga daya saing suatu produk tak terkecuali seperti produk furniture, terutama karena industri ini kerap kali berkaitan dengan gaya hidup. Selain itu, kami juga turut mengimbau agar menggunakan produk kerajinan dalam negeri," tuturnya.