Siap-Siap, Bos BI Kirim Sinyal The Fed Bakal Mulai <i>Tapering</i> di Akhir Tahun Ini
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan mulai melakukan perubahan kebijakan pada penghujung tahun ini. Menurut dia, langkah yang mesti dicermati adalah soal pengetatan likuiditas di pasar keuangan atau yang biasa disebut dengan Tapering.

Hal tersebut dia kemukakan dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI yang disiarkan secara virtual hari ini.

“Ada risiko dari perubahan kebijakan moneter di Amerika, dimana mereka kemungkinan besar akan mulai tapering di akhir tahun ini,” ujarnya dalam saluran virtual, Senin, 30 Agustus.

Perry menambahkan, asumsi tersebut didasarkan pada pernyataan terakhir gubernur bank sentral AS Jerome Powell baru-baru ini.

“Statement terakhir dari The Fed, dimana Jerome Powell menyebut akan mulai mengurangi likuiditas,” tuturnya.

Adapun, maksud Perry menjelaskan hal tersebut adalah untuk memberikan gambaran terkait dengan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, utamanya dolar AS.

“Masih terdapat risiko atas rencana kebijakan pengurangan stimulus moneter The Fed dan peningkatan kasus varian delta COVID-19,” katanya.

Meski demikian, bos BI itu optimistis dinamika yang terjadi nanti tidak akan menimbulkan shock yang besar mengingat pasar sudah pasti mencermati tanda-tanda yang dikirim bank sentral AS jauh sebelum pengambilan kebijakan.

“Pasar pemahamannya juga semakin baik, dan itu yang harus kita antisipasi dalam menjaga nilai tukar rupiah,” tegasnya.

Untuk diketahui, tapering atau taper tantrum merupakan kondisi yang disebabkan oleh kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (Fed) yang mengurangi pembelian obligasi atau surat utang (US treasury). Langkah pengurangan pembelian surat utang itu sendiri sering disebut sebagai quantitative easing (QE).

Adapun, maksud The Fed untuk memborong obligasi US treasuryadalah memberikan stimulus kepada pasar lewat guyuran likuiditas. Harapannya, ekonomi AS dapat bergeliat karena jumlah uang yang beredar di masyarakat menjadi lebih banyak. Sehingga, aktivitas produktif bisa berjalan dengan indikasi terbentuknya angka inflasi.