JAKARTA – Sebagai salah satu ekonom senior di negeri ini, Sri Mulyani tidak pernah lupa jasa Universitas Indonesia (UI) sebagai institusi pendidikan tempatnya menimba ilmu. Dari sana, dia mendapat kesempatan belajar secara luas tentang berbagai hal mengenai ekonomi.
Bahkan, hingga kini dia tercatat masih aktif di lingkungan kampus sebagai salah satu tenaga pengajar kompeten bagi para mahasiswa. Seolah sangat membekas di hatinya, mantan bos IMF dan Bank dunia itu berbagi memori tentang perjalanannya kala pertama kali menyandang status sebagai bagian dari civitas akademika.
“Bulan Agustus tahun 1981, pertama kali menapak kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sebagai anak daerah yang lugu dan bahasa medhok, buta peta jalan Jakarta, naik bemo dan mikrolet belum tahu harus turun dimana. Belum ada handphone dan Google map saat itu, namun selalu saja ada yang mau membantu,” ujarnya melalui laman Instagram pribadi @smindrawati seperti yang dikutip pada Minggu, 22 Agustus.
Menurut Menkeu, dirinya terkenang ketika pekan pertama Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) di Salemba.
“Digojlok dari jam 6 pagi hingga larut malam. Semua tugas senior, musykil dikerjakan. Setiap hari ada saja hukuman, jalan jongkok (squat jump), minum levertran yang amis (namun saya suka), masuk selokan, masuk kamar mayat, dst..dst penderitaan sangat panjang serasa tiada berakhir. Lomba olahraga volley, malam seni, majalah dinding, api unggun finale merekatkan pertemanan,” tuturnya.
Tak pelak sebagai mahasiswa baru berbagai motivasi dan doktrin dia terima selama masa awal perkuliahan.
“(Kami menyanyikan) lagu-lagu untuk membakar semangat: Economy goes marching in… All I want to be that number..Economy goes marching in,” katanya.
“Ada juga lagu sombong: Masuk saja ekonomi..masuk saja ekonomi..empat tahun jadi sarjana, paling sial jadi menteri,” sambung dia.
Dalam penuturan lain, Sri Mulyani seolah bersyukur bisa langsung mendapatkan ilmu terbaik dari sejumlah tokoh penting pada masanya.
“Lima tahun kuliah di Salemba UI, belajar dari teknokrat senior, seperti Prof. Soemitro Djojohadikoesoemo, Prof. Emil Salim, Prof. Soemarlin, Prof. Sadli,” tegasnya.
Tak lupa Sri Mulyani juga terlibat aktif pada berbagai agenda serta kegiatan kemahasiswaan pada kala itu.
“(Saya) Ikut aktivitas Senat Mahasiswa Pekan Industri Rakyat (Kanira), Main Teater dua pementasan. Mengajar anak-anak TK sekitar kampus Salemba, ikut kompetisi Fakultas Ekonomi antara Kampus. Lima tahun kuliah, bermain, beraktivitas, belajar menjadi manusia dewasa,” ungkapnya.
BACA JUGA:
Sebagai anak desa yang merantau ke Ibu Kota, tidak lengkap rasanya jika tidak mencicipi sulitnya hidup di Jakarta. Hal itu pula yang dicurahkan dalam unggahan tersebut.
“Hidup pas-pasan, banyak hal bisa menjadi alasan untuk mengeluh, turun semangat, galau, marah, atau menyerah,” imbuhnya.
Akan tetapi bisa ditebak, Menteri Keuangan Indonesia saat ini sudah pasti bukan Sri Mulyani jika Sri Mulyani muda berpangku tangan terhadap keadaan.
“Namun saya selalu bisa memilih menjadi manusia positif, berteman tanpa memilih, kompak bersama, berusaha menjadi lebih baik dan terus maju kedepan. Jadi orang yang sabar, bersyukur, ikhlas dan jangan lupa sholat. Itu bekal nasihat orang tua saat melepas saya di stasiun Tawang Semarang menuju Jakarta, untuk mulai mentas hidup 40 tahun lalu, apakah waktu panjang atau singkat, tergantung perspektif melihat hidup,” ujarnya.
Di akhir posting-an, Sri Mulyani melantunkan salah satu lagu favorit sebagai petikan keberhasilan yang diraihnya kini.
“A million tomorrows shall all pass away, I forget all the joy that is mine, today,” tutup dia.