JAKARTA - Perusahaan yang bergerak di bidang distribusi gas alam dan buatan PT GTS Internasional Tbk bersiap untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO). Target dana yang ingin dihimpun GTS Internasional adalah mencapai hingga Rp429 miliar
Direktur Utama PT GTS Internasional Tbk Kemal Imam Santoso mengatakan seiring dengan kebijakan pemerintah tentang gasifikasi yang berperan besar dalam kelistrikan sebagai bahan bakar pembangkit, pihaknya sedang dalam tahap membangun ekosistem rantai pasokan LNG dengan cara mengakuisisi perusahaan terafiliasi yang akan memberikan sinergi terhadap keberlangsungan usaha perseroan.
Perusahaan berencana membangun permanent Floating Storage Regacification Unit (FRSU) untuk Sulawesi Utara. Pembangunan FRSU tersebut untuk memenuhi kebutuhan listrik di Sulawesi Utara yang memberikan penghematan yang cukup siginifikan kepada PLN Sulawesi Utara.
"Untuk mendanai akuisisi tersebut, perseroan berencana menghimpun dana antara Rp286 miliar hingga Rp429 miliar melalui IPO dengan menjual 2,86 miliar saham baru," ujar Kemal dalam paparan publik secara virtual, Kamis 19 Agustus.
Saham bernilai nominal Rp50 per saham tersebut jumlahnya setara dengan 17,6 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah IPO. Harga penawaran awal di kisaran Rp100 per saham hingga Rp150 per saham.
Perseroan juga bermaksud untuk mencatatkan seluruh saham atas nama pemegang saham sebelum perusahaan go public sebanyak 13,42 miliar saham. Sehingga total saham yang dicatatkan perseroan mencapai 16,28 miliar saham.
Setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, dana hasil penjualan saham tersebut akan digunakan antara lain sekitar 64 persen atau setara dengan 19,2 juta dolar AS untuk pinjaman kepada PT Anoa Sulawesi Regas (Anoa), dengan perkiraan suku bunga 7 persen per tahun dengan jangka waktu pinjaman delapan tahun serta grace period dua tahun.
Pinjaman tersebut akan digunakan Anoa untuk membangun permanen FRSU, yang direncanakan akan dimulai pada kuartal IV 2021. Jika dana tersebut sudah dibayarkan kembali kepada perseroan, maka perseroan akan menggunakan dana tersebut untuk pengembangan usaha di masa depan termasuk namun tidak terbatas untuk modal kerja dan belanja modal.
Sementara itu, sekitar 20 persen atau 6 juta dolar AS akan digunakan untuk modal kerja perseroan seperti operasional perseroan yang meliputi antara lain cadangan docking, membangun war room sistem akuntansi dan keuangan, dan shipping monitoring online system.
BACA JUGA:
Lalu, sekitar 16 persen atau 4,8 juta dolar AS untuk penyertaan modal kepada Anoa. Dengan penyertaan dana tersebut diharapkan akan memperkuat struktur permodalan dan modal kerja di Anoa, sehingga mampu memberikan kontribusi secara konsolidasi dan stabilitas pendapatan perseroan selama sekitar 15 tahun ke depan.
Perkiraan masa penawaran awal saham perseroan dijadwalkan akan berlangsung pada 19 Agustus hingga 25 Agustus 2021, dengan perkiraan tanggal efektif pada 31 Agustus 2021, sehingga perkiraan penawaran umum akan berlangsung tanggal 2 hingga 6 September 2021 dan tanggal penjatahan pada 6 September. Sedangkan perkiraan penjatahan saham dan distribusi secara elektronik pada 7 September, kemudian pencatatan perdana saham atau listing diperkirakan pada 8 September 2021.
Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi saham perseroan adalah RHB Sekuritas Indonesia, PT Mirae Sekuritas Indonesia dan PT Reliance Sekuritas Indonesia.
PT GTS Internasional Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi gas alam dan buatan, transportasi laut dalam negeri dan luar negeri untuk barang khusus dan aktivitas perusahaan holding. Perseroan berdiri pada 2013 sebagai embrio bisnis yang dicetuskan oleh PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) ketika mendirikan divisi angkutan gas alam cair (LNG), yang pada awalnya HITS hanya mengoperasikan 1 LNG Vessel dengan kapasitas 136.000 m2. Seiring dengan pertumbuhan permintaan terhadap jumlah kargo angkutan, HITS pun terus menambah kapasitas angkut hingga total mencapai 328.500 m2.
Dalam upaya mendukung pertumbuhan bisnis yang lebih stimultan, HITS memutuskan untuk membentuk entitas terpisah, yaitu GTSI, yang berfokus untuk mengembangkan logistik bidang sumber daya gas alam cair untuk potensi pasar domestik dan internasional. Sehingga GTSI berada dalam grup HITS, tepatnya di bawah kendali PT Hateka Trans Internasional (HTI) yang menguasai 99,96 persen saham GTSI dan sisanya 0,04 persen dimiliki oleh KKB.