Transportasi Babak Belur Dihantam Pandemi COVID-19, Bos KAI Curhat Jumlah Penumpang Turun Drastis
ILUSTRASI FOTO/ANTARA

Bagikan:

JAKARTA - Transportasi massal masuk dalam sektor ekonomi yang paling terpukul pandemi COVID-19. Sebab berbagai kebijakan pembatasan-pembatasan untuk mencegah penyebaran COVID-19 menyebabkan membuat jumlah penumpang menurun drastis.

Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo menjelaskan, pihaknya turut merasakan dampak dari adanya wabah. Didiek mengatakan dalam kondisi normal saat belum ada pandemi kereta api mampu menyangkut penumpang hingga 1,2 juta orang.

Sedangkan di masa awal merebaknya virus corona kata Didiek, jumlah penumpang paling banyak hanya mengangkut 20.000 orang per hari.

"Pengaruh pandemi sangat luar biasa dan pada bulan Mei 2020 dengan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) itu jumlah penumpang yang diangkut kereta api dalam sehari hanya 20.000. Jadi bisa dibayangkan menurun dari 1,270 juta menjadi hanya 20.000," katanya dalam diskusi virtual, Rabu, 18 Agustus.

Didiek mengatakan upaya untuk bertahan dari hantaman pandemi COVID-19 adalah dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat dapat kembali meningkatkan jumlah penumpang. 

Menurut dia, kondisi kian diuntungkan dengan kesadaran masyarakat menjalankan protokol kesehatan sehingga ketat selama di perjalanan sehingga jumlahnya terus meningkat.

Didiek berharap, ke depan penanganan pandemi akan segera membaik yang diikuti dengan perbaikan jumlah penumpang.

"Kemudian di tiga bulan terakhir average-nya sekitar 419.000 dan pada hari-hari ini dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kami bersama dengan arahan Pak Menteri Perhubungan menjalankan protokol kesehatan yang baik," ucapnya.

Tak hanya itu, Didiek menjelaskan akibat adanya pandemi juga menurunkan jarak tempuh kereta api. Pada tahun 2019 total jarak yang ditempuh seluruh kereta api mencapai 74,5 juta kilometer (km). Sedangkan di tahun 2020 atau awal mula wabah merebak di Tanah Air, jumlah jarak tempuhnya hanya sekitar 52 juta km.

"Jadi kalau di tahun 2020 itu setara dengan 1.301 kali lingkar bumi, sementara di 2019 itu setara 1.859 kali lingkar bumi," tuturnya.