Bagikan:

JAKARTA - Perusahaan rintisan (startup) PT Pahami Cipta Edukasi (Pahamify) disebutkan tetap mendukung langkah pemerintah yang menyelenggarakan pendidikan jarak jauh atau PJJ demi menekan penyebaran pandemi COVID-19.

Hal tersebut disampaikan oleh Chief Operating Officer Pahamify (COO) Mohammad Ikhsan. Menurut dia, pendidikan virtual dapat dikemas belajar dengan konsep yang menyenangkan dan menarik sehingga tetap menumbuhkan minat belajar peserta didik.

“Pandemi turut mempengaruhi pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Baik siswa, orang tua, maupun guru harus beradaptasi dengan keadaan yang baru,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu 18 Agustus.

Ikhsan menambahkan, sebagai perusahaan berbasis digital, pihaknya menyediakan lebih dari 20.000 konten pembelajaran sebagai strategi pengembangan bisnis. Strategi ini dinilainya telah mampu mendatangkan benefit dengan jumlah pengunduh aplikasi mencapai lebih dari 1 juta kali.

“Untuk itu, pengembangan dunia pendidikan bukan hanya tugas dari sekolah dan pemerintah saja, tetapi juga stakeholder pendidikan lainnya, termasuk kami sebagai sebuah perusahaan,” tuturnya.

Selain sebagai media pencarian benefit, ranah pendidikan disebut Ikhsan juga menjadi cara lain untuk berkontribusi secara sosial lewat pengembangan sumber daya manusia (SDM).

“Oleh karena itu, kami bertekad untuk terus mendampingi siswa, orang tua, dan guru dalam menjalankan fungsi pendidikan di Indonesia,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, pemerhati pendidikan dan anak Seto Mulyadi mengungkapkan bahwa sistem pendidikan jarak jauh yang sekarang diterapkan pemerintah sangat berbeda jauh dengan sistem konvensional yang telah berjalan sebelum pandemi. Dia menilai jika kunci keberhasilan dari skema PJJ berada pada kemampuan menyajikan materi yang dapat mempermudah anak dalam memahami pelajaran.

“Harus diakui bahwa masa ini bukan masa yang mudah bagi anak, orang tua, maupun sekolah. Namun minat anak dapat terbantu lewat pengemasan materi pembelajaran yang kreatif dan ramah,” kata pria yang akrab dipanggil Kak Seto itu menjelaskan.

Sebagai informasi, berdasarkan laporan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, saat ini terdapat sekitar 13 persen anak Indonesia yang mengalami depresi karena situasi yang penuh dengan keterbatasan.