Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menargetkan angkutan massal bus listrik di Surabaya dan Bandung bakal beroperasi pada tahun ini. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk mempercepat pengembangan industri mobil listrik di dalam negeri.

Langkah tersebut juga sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang percepatan program penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan.

Direktur Jenderal Perhubungan Darat Budi Setiyadi menjelaskan untuk bus listrik yang bakal dioperasikan di Surabaya melayani dua rute koridor. Sedangkan di Bandung sebanyak satu koridor.

Masing-masing koridor, kata Budi, memiliki jarak sepanjang 40 kilometer (km) dengan kebutuhan angkutan sebanyak 20 bus listrik. Sehingga secara total proyek percontohan ini mengoperasikan 60 unit bus listrik.

"Jadi ada dua kota besar tahun 2021 ini yang kami lakukan untuk penyediaan bus listrik dengan skema by the service di Surabaya dengan yang ada di Bandung," katanya dalam acara 'Launching Pilot Project Program Konversi Sepeda Motor BBM ke Listrik', Rabu, 18 Agustus.

Selain menyediakan kendaraan massal bus listrik di Bandung dan Surabaya, kata Budi, pemerintah juga akan mengganti bus bandara dengan menggunakan kendaraan listrik. Termasuk pula bus yang ada di daerah wisata.

Namun sayangnya, Budi belum menjelaskan detail bandara dan tempat wisata mana saja yang akan menjadi proyek percontohan.

"Kedua adalah menyakut untuk kendaraan-kendaraan bus listrik di bandara juga kami dorong untuk diganti dengan menggunakan bus listrik dan berikutnya sedang kami rencanakan penyediaan bus listrik di beberapa wilayah kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN)," ucapnya.

Dari sisi perawatan kendaraan listrik, kata Budi, Kemenhub telah menerima dua bengkel yang mengajukan diri untuk mendapat sertifikat resmi dari pemerintah.

Lebih lanjut, Budi mengatakan proses penilaian (assessment) tengah dilakukan yang meliputi kompetensi sumber daya manusia (SDM), ketersediaan alat dan kemampuan bengkel dalam melakukan konversi mesin berbahan bakar minyak (BBM) ke baterai listrik.

"Kami juga sangat berharap dengan adanya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) setelah membangun bengkel konversi ini harapannya bengkel-bengkel lain yang sifatnya masih usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM bisa dibina lebih lanjut. Karena ini sejalan, banyak bengkel yang mungkin tidak punya tenaga listrik, tidak punya peralatannya," tuturnya.