Beralih ke Green Energy, BPPT: Indonesia Mampu Hemat Impor BBM 373 Juta Barel di 2050
SPKLU Pertamina. (Foto: Dok, Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kemampuan dalam memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Upaya ini dilakukan agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menghemat biaya impor bahan bakar minyak (BBM). Langkah ini juga merupakan komitmen pemerintah untuk beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan atau green energy. 

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riz mengatakan, jika pemerintah mampu bertransformasi dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik secara massal maka akan mampu menghemat sebanyak 373 juta barel di tahun 2050.

Karena itu, kata Hammam, langkah-langkah pengembangan energi ramah lingkungan harus segera dilakukan.

"Impor bensin sebanyak satu juta barel pada tahun 2020 dan sebesar 373 juta barel pada tahun 2050 dengan asumsi harga impor bensin yang digunakan serta nilai tukarnya sebesar Rp15.000 per dolar maka penghematan devisa dari impor BBM adalah 5,86 miliar dolar atau sekitar Rp87,86 triliun," katanya dalam launching SPKLU secara virtual, Kamis, 5 Agustus.

Menurut Hammam, hingga sekarang pemerintah terus menyusun peta jalan dalam pengembangan kendaraan listrik nasional. Setelah berjalan secara bertahap, penurunan impor BBM pun akan mulai terlihat sejak tahun 2030.

Lebih lanjut, kata Hammam, penurunan impor BBM pada 2030 diperkirakan sebesar 2 persen. Kemudian penurunan akan terus berlanjut hingga tahun 2050 sebesar 6,6 persen.

"Penurunan impor BBM ini terjadi karena ada substitusi dari kendaraan BBM ke listrik," tuturnya.

Ke depan, kata Hammam, pengembangan kendaraan listrik akan menjadi tren pada dunia otomotif internasional. Dengan banyaknya sumber daya yang tersedia di Indonesia, pemerintah menargetkan agar dapat memproduksi kendaraan listrik secara mandiri. 

"Kita perlu melakukan peningkatan teknologi untuk memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Ini menjadi hal yang perlu dikaji dan kembangkan," ucapnya.