OJK: RI Perlu Sumber Pertumbuhan Baru, Tak Bisa Melulu Andalkan Konsumsi
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengakui selama ini Indonesia cukup bergantung pada tingkat konsumsi masyarakat sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut terjadi lantaran sebagian besar hasil produk domestik bruto (PDB) langsung terserap oleh pasar domestik.

Menurut dia, kondisi ini membawa risiko tersendiri. Salah satunya adalah ketika terjadi pembatasan mobilitas seperti sekarang.

“Pertumbuhan saat ini masih ditopang oleh sektor konsumsi yang sangat tergantung dari mobilitas masyarakat,” ujarnya dalam keterangan pers usai menggelar Rapat Dewan Komisioner (RDK) pada Rabu, 4 Agustus.

Wimboh menambahkan, situasi rentan tersebut harus segera disiasati oleh seluruh pemangku kepentingan agar dampak pandemi tidak menimbulkan efek yang cukup dalam.

“Untuk itu, perlu dibuka ruang sumber pertumbuhan ekonomi baru yang lebih sustain selain sektor konsumsi,” tuturnya.

Langkah itu dianggap bisa menjadi solusi atas potensi masalah yang kerap timbul sebagai akibat dari pengetatan mobilitas masyarakat.

“Jadi sumber pertumbuhan baru ini bisa tetap menyerap tenaga kerja. Kami menilai sektor usaha yang berorientasi ekspor bisa dipilih agar ekonomi dapat tumbuh lebih stabil dan berkesinambungan,” tegasnya.

Seperti yang diketahui, laju perekonomian mengalami rebound yang signifikan sejak awal tahun hingga akhir paruh pertama 2021.

“Indikator-indikator ekonomi sampai dengan penghujung kuartal II 2021, menunjukkan tren membaik menuju pemulihan ekonomi nasional.,” imbuhnya.

Secara terperinci, OJK melaporkan kredit mulai mencatatkan peningkatan cukup tinggi di Juni 2021 sebesar 1,83 persen (year to date), sehingga prediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2021 sebesar 7 persen dapat tercapai.

Namun, semenjak varian delta COVID-19 merebak di Tanah Air, aktivitas produktif kembali tertekan sebagai dampak dari kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“Sementara itu, seiring meningkatnya kasus aktif pada Juni 2021 yang menahan kembali aktivitas masyarakat tercermin turunnya kenaikan aktivitas masyarakat dari 6,7 persen (Mei 2021) menjadi 5,2 persen, dapat sedikit berpengaruh terhadap prediksi semula,” kata dia.

“Efektivitas pelaksanaan PPKM level 4 yang disertai peningkatan distribusi dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19, serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan, akan dapat mengakselerasi pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat ke depan,” tutup Wimboh.