Bagikan:

JAKARTA - PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk mengalami pertumbuhan kinerja di enam bulan pertama tahun ini. Emiten berkode saham SIDO tersebut membukukan pertumbuhan hingga dua digit dari sisi penjualan maupun laba bersih.

Dalam laporan keuangan SIDO yang dipublikasikan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa 27 Juli, perusahaan milik konglomerat Irwan Hidayat itu mencatat kenaikan penjualan hingga 13,36 persen year on year (yoy) menjadi Rp1,65 triliun. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, SIDO "hanya" mencetak penjualan Rp1,46 triliun. 

Adapun segmen penjualan jamu herbal dan suplemen masih menjadi kontributor terbesar hingga 64,14 persen atau setara Rp1,06 triliun. Adapun jumlah ini juga meningkat dari semester I tahun lalu yang tercatat Rp923,2 miliar. Dengan kata lain, segmen jamu herbal dan suplemen mengalami pertumbuhan 14,98 persen yoy.

Sementara itu, segmen makanan dan farmasi berkontribusi hingga Rp526,24 miliar. Capaian ini juga lebih baik 12,17 persen dibanding periode yang sama tahun 2020 yang tercatat Rp469,16 miliar.

Adapun segmen farmasi berkontribusi paling mini, yakni Rp67,10 miliar. Kontribusinya juga menurun tipis 0,38 persen yoy dari semester I tahun 2020 yang tercatat Rp67,35 miliar.

Pertumbuhan yang dialami dari sisi penjualan turut mengerek laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga 21,32 persen yoy. Tercatat laba SIDO mencapai Rp502 miliar hingga kuartal II tahun ini, meningkat dari Rp413,79 miliar di periode yang sama tahun lalu.

Peningkatan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga dua digit itu juga tidak terlepas dari beban pokok penjualan yang menipis 6,83 persen yoy menjadi Rp724,72 miliar.

Selain itu, ada juga pendapatan lain-lain yang terkerek signifikan menjadi Rp13,44 miliar dari sebelumnya Rp5,1 miliar. 

Sekadar informasi, hinga akhir Juni 2021, total aset Sido Muncul tercatat Rp3,59 triliun. Jumlah ini menurun 6,71 persen dibanding akhir tahun 2020 yang tercatat Rp3,85 triliun.