JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa seluruh negara di dunia telah mengeluarkan anggaran yang sangat besar untuk menanggulangi dampak pandemi COVID-19.
Menurut dia, hal tersebut sudah berjalan selama 18 bulan terakhir dan diperkirakan masih terus terjadi seiring dengan potensi penyebaran pandemi yang belum dapat ditangani secara tuntas.
“Untuk menghadapi pandemi yang begitu hebat ini, negara-negara di seluruh dunia bahkan telah membelanjakan 11 triliun dolar AS. Mereka menggunakan seluruh resources untuk melindungi rakyatnya, baik itu untuk dibidang kesehatan, sosial, bahkan politik,” ujarnya ketika menjadi pembicara kunci dalam ESG Capital Market Summit yang diadakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa, 27 Juli.
Menkeu menambahkan, pandemi yang terjadi saat ini merupakan tantangan nyata bagi seluruh bangsa di dunia. Pasalnya, situasi yang sedang berkembang sangat berbeda dengan krisis apapun yang pernah dialami dalam kehidupan modern sebelumnya.
“Tidak ada satu negara yang dapat terhindar dari ancaman wabah ini, virusnya dapat terus menjalar, bahkan virus ini tidak statis dan terus-menerus bermutasi sehingga tingkat penularannya juga bergerak,” tuturnya.
Selain itu, Menkeu mengungkapkan pula jika respon terhadap pandemi dapat membawa sentimen negatif terhadap pengelolaan keuangan sebuah negara. Meski demikian, kondisi yang tidak bisa dihindari ini dapat dikelola secara lebih baik lewat sejumlah penyesuaian tertentu.
“Jumlah belanja dalam penanganan pandemi bisa berdampak pada pelebaran defisit anggaran. Ini harus bisa dikelola melalui penyesuaian regulasi untuk menekan ancaman pandemi,” tegasnya.
BACA JUGA:
Sebagai informasi, anggaran penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia masuk dalam skema Pemilihan Ekonomi Nasional (PEN) yang merupakan bagian dari struktur keuangan negara di APBN.
Pada sepanjang 2020, realisasi PEN diketahui sebesar Rp579,8 triliun atau 83,4 persen dari pagu yang disediakan sebesar Rp695,2 triliun.
Sementara untuk periode 2021, anggaran PEN yang sempat direncanakan sebesar Rp699,43 triliun kemudian ditambah menjadi Rp744,75 triliun seiring berkembangnya varian delta COVID-19 yang ditengarai menjadi penyebab peningkatan kasus harian yang terjadi saat ini.