Bagikan:

JAKARTA - Kasus COVID-19 di Tanah Air belakangan ini terus meningkat, bahkan pada 15 Juli mencetak rekor dengan penambahan kasus 56.757. Ekonom Senior Faisal Basri menyinggung para menteri terkait penanganan pandemi COVID-19. Ia menilai bahwa pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) malah sibuk menonton film berseri bukan untuk kontemplasi.

"Kerja WFH bukan dimanfaatkan sebagai kontemplasi tetapi nonton serial film gitu dan diakui secara publik. Jadi ada kekuasaan ini sedang sakit," tuturnya dalam diskusi virtual, Jumat, 16 Juli.

Menurut Faisal, jika hal-hal yang mendasar tidak diikuti maka pandemi akan terus ada dan semakin memburuk. Hal mendasar yang dimaksud adalah menyelamatkan nyawa manusia.

"Apa itu basic-nya? Memutus mata rantai penularan, prioritaskan nyawa manusia karena kalau WHO satu nyawa manusia tidak bisa dikompromikan. Kita kan anggota WHO," tuturnya.

Kemudian, lanjut Faisal, hal mendasar lainnya ialah tidak komersialisasi, kepemimpinan nasional dan pengorganisasian, dan strategi komunikasi. Menurut Faisal, Indonesia untuk mencapai puncak kasus COVID-19 terlalu lama. Penyebabnya karena hal dasar tersebut tidak dijalankan.

"Jadi mengindikasikan bahwa kita abai, kita denial, kita menganggap remeh, kita jadikan lelucon, masyarakat juga sih menjadikan lelucon, para menteri juga menjadikannya lelucon. Enggak lucu padahal. Kalau lelucon kasih aja ke stand up comedy deh ya," katanya.

Sebagai informasi, belakangan cuitan Menko Polhukam Mahfud Md menjadi sorotan. Sebab, ia mengungkapkan PPKM darurat memberikan kesempatan kepadanya untuk menonton sinetron Ikatan Cinta. Mahfud memberikan catatan soal hukum pidana atas film yang digandrungi emak-emak itu.

Di akun Twitter-nya @mohmahfudmd, Mahfud menilai sinetron tersebut asyik ditonton. Tapi, dia menilai, alur cerita sinetron tersebut berputar-putar.

"PPKM memberi kesempatan kepada saya nonton serial sinetron Ikatan Cinta. Asyik juga sih, meski agak muter-muter," tulis Mahfud, dikutip Jumat, 16 Juli.