JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sedang ramai diperbincangkan perihal masalah utang jumbo senilai Rp70 trilun yang menggelayuti perusahaan. Dan kali ini, emiten bersandi saham GIAA itu sedang dipelototi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam keterangannya, pihak BEI menghentikan sementara perdagangan saham Garuda Indonesia. Hal itu seiring dengan langkah perseroan menunda pembayaran kupon sukuk global.
BEI menyetop perdagangan saham Garuda Indonesia sejak Jumat 18 Juni pagi ini. Posisi harga saham GIAA masih di level Rp222 per lembar saham.
Adapun sepanjang 2021, saham GIAA sudah turun 44,78 persen. Sementara itu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengumumkan penundaan pembayaran kupon global sukuk dari periode masa tenggang selama 14 hari yang berakhir pada 17 Juni 2021.
"Perseroan pada hari ini mengumumkan dengan berat hati untuk terus menunda pembayaran jumlah Pembagian Berkala yang jatuh tempo pada 3 Juni berdasarkan 500 juta dolar AS Garuda Indonesia Global Sukuk Limited Trust Certificate Jatuh Tempo 2023," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra dalam siaran persnya.
Terlepas dari keputusan ini, Garuda berharap dapat terus menyediakan perjalanan udara yang aman, andal, dan berkualitas untuk Indonesia dan pengguna jasa perjalanan umum.
Penundaan yang disampaikan perseroan melalui Singapore Exchange Announcement serta Sistem Pelaporan Elektronik PT Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut diklaim karena memperhatikan kondisi perseroan yang terdampak signifikan imbas pandemi COVID-19.
"Keputusan Garuda Indonesia untuk melakukan penundaan pembayaran kupon global sukuk ini merupakan langkah berat yang tidak terhindarkan dan harus ditempuh perseroan ditengah fokus perbaikan kinerja usaha serta tantangan industri penerbangan imbas pandemi yang saat ini masih terus berlangsung," katanya.
BACA JUGA:
Meski demikian, manajemen tetap menyampaikan apresiasi atas dukungan yang diberikan para pemegang sukuk atas upaya yang dilakukan perseroan demi keberlangsungan dan masa depan bisnis Garuda Indonesia.
Lebih lanjut, Irfan menjelaskan perseroan telah menunjuk Guggenheim Securities, LLC sebagai financial advisor yang akan mendukung langkah pemulihan kinerja usaha, khususnya melalui berbagai evaluasi strategi yang akan ditempuh dalam penyehatan kinerja perseroan bersama dengan mitra strategis lainnya seperti PT Mandiri Sekuritas, Cleary Gottlieb Steen & Hamilton LLP, dan Assegaf Hamzah & Partners.
"Penunjukan financial advisor ini juga merupakan wujud keseriusan kami dalam memastikan langkah berkesinambungan Garuda Indonesia dalam pemulihan kinerja perseroan berjalan optimal khususnya didukung oleh mitra strategis yang memiliki kompetensi dan pengalaman yang mumpuni dalam mendukung upaya perseroan melewati masa sulit ini," ujarnya.
Garuda, lanjut dia, percaya kapabilitas perseroan dalam meningkatkan resiliensi bisnis di tengah ketidakpastian iklim bisnis industri penerbangan saat ini.