JAKARTA - Maskapai Garuda Indonesia memastikan seluruh armada pesawat yang digunakan dalam aktivitas usaha berada dalam kondisi baik dan laik terbang. Ketegasan itu disampaikan perseroan menyusul pertanyaan yang dilontarkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa waktu lalu.
“Garuda berkomitmen untuk senantiasa menjaga kondisi pesawat yang dioperasikan laik terbang (airworthy) sesuai dengan peraturan penerbangan yang telah disahkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kementerian Perhubungan,” ungkap emiten berkode saham GIAA itu dalam keterbukaan informasi seperti yang dikutip pada Jumat, 11 Juni.
Tidak hanya itu, Garuda memastikan pula bahwa seluruh armada pesawat yang berada dalam penguasaan perusahaan juga mendapat perawatan berkala sesuai dengan standar yang berlaku.
“Untuk pesawat yang dalam kondisi tidak dioperasikan, maka pemeliharaan tetap dilakukan, yaitu dengan perawatan prolong berkala dengan mengacu pada dokumen program yang diterbitkan oleh pabrikan. Aturan pemeliharaan tersebut juga telah disahkan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kementerian Perhubungan,” katanya.
Untuk diketahui, maskapai plat merah itu kini hanya mengoperasikan 53 pesawat dari total 142 pesawat yang berada dalam nauangan perseroan saat ini. Dari jumlah tersebut, 136 diantaranya merupakan pesawat sewaan dan hanya 6 pesawat yang merupakan milik langsung Garuda, yakni Airbus A330-300.
“Penggunaan armada pesawat selama masa pandemi disesuaikan dengan kondisi market dan kebutuhan layanan penerbangan, khususnya berkaitan dengan diberlakukannya beberapa kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat,” sebut Garuda.
BACA JUGA:
Tekanan pandemi yang berimbas pada tingkat keterisian pesawat kemudian dimanfaatkan perseroan untuk memacu sektor usaha pengiriman barang (kargo) sebagai alternatif bisnis di masa pandemi.
“Disamping itu, penggunaan armada pesawat dalam penerbangan selama masa pandemi juga turut memperhatikan tingkat isian dari angkutan kargo,” imbuhnya.
Guna mengurangi beban biaya, Garuda disebut terus melakukan negosiasi ulang kepada pihak penyewa (lessor) untuk mengembalikan armada lebih awal, khususnya yang berstatus tidak terbang (grounded).
“Perseroan saat ini terus melakukan upaya negosiasi dengan lessor untuk pesawat dengan status grounded, di mana pendekatan yang ditempuh adalah untuk kembali dapat mengoperasikan atau melakukan pengembalian pesawat lebih awal,” kata Garuda.
Untuk diketahui, perusahaan milik pemerintah itu kini tengah berada dalam situasi sulit menyusul beban utang yang mencapai 4,9 miliar dolar AS atau setara dengan Rp70 triliun.