Ini Penyebab Perusahaan Tambang Milik Konglomerat Aburizal Bakrie BUMI Rugi Rp4,9 Triliun
Ilustrasi. (Foto: Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - PT Bumi Resources Tbk mencatatkan kerugian signifikan sepanjang tahun lalu. Penurunan perfoma perusahaan bersandi saham BUMI ini disebabkan oleh tren penurunan harga jual batu bara.

Mengutip data yang dirilis BUMI, Rabu 19 Mei, harga freight on board (FOB price) batu bara BUMI kuartal pertama 2020 sejatinya berada di level 49 dolar AS per ton. Adapun di kuartal II 2020, harga FOB turun ke level 44,6 dolar AS per ton.

Dan penurunan harga batu bara terus terjadi hingga kuartal keempat tahun lalu hingga 41,2 dolar AS per ton. Sehingga, rata-rata harga FOB sepanjang 2020 hanya sebesar 44,2 dolar AS per ton.

Angka ini turun 14 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya 51,7 dolar AS per ton. Sebagai catatan, harga FOB tersebut merupakan kombinasi harga FOB kedua anak usaha BUMI, Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin Indonesia.

Melemahnya perfoma BUMI juga lantaran kinerja operasional sepanjang 2020 tidak seaktif tahun sebelumnya. Overburden removal yang dikerjakan BUMI sepanjang tahun lalu turun 5 persen secara tahunan menjadi 626,3 juta bank cubic meter (bcm).

Dari aktivitas tersebut, batu bara yang tertambang turun 6 persen secara tahunan menjadi 81,1 juta ton. Penjualan batu bara juga turun 7 persen secara tahunan menjadi 81,5 juta ton.

Melemahnya harga FOB yang ditambah dengan penurunan kinerja operasional membuat BUMI terpaksa mencatat penurunan pendapatan konsolidasi sekitar 28,95 persen secara tahunan menjadi 790,44 juta dolar AS.

BUMI bahkan mencatat kerugian bersih 338,02 juta dolar AS (sekitar Rp4,9 triliun) sepanjang tahun lalu. Padahal, perusahaan tambang ini masih mampu mencatat laba bersih 6,84 juta dolar AS di tahun 2019.