Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus 0,74 Persen di Kuartal I 2021, Konsumsi Rumah Tangga Masih Loyo!
Kantor BPS Pusat di Jakarta (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengkonfirmasi bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada sepanjang kuartal I 2021 masih dalam jalur kontraksi dengan catatan minus 0,74 persen secara year-on-year (y-o-y) dibandingkan dengan periode yang sama 2020.

Adapun, konsumsi rumah tangga menjadi sumber kontraksi terdalam dengan minus 1,22 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan torehan pada tiga bulan pertama tahun ini lebih rendah dari kuartal IV 2020 (quarter-to-quarter/q-t-q) dengan 0,95 persen.

“Meski demikian jika kita melihat dari periode kuartal II 2020, tren perbaikan sudah mulai terlihat. Ini menunjukan bahwa tanda pemulihan ekonomi semakin jelas,” ujarnya dalam konferensi pers yang disiarkan secara virtual, Rabu, 5 Mei.

Suhariyanto menambahkan, secara struktur pembentukan produk domestik bruto (PDB) aktivitas ekonomi pada trimester pertama tahun ini tidak berubah dengan 64,5 persen diantaranya berasal dari lima sektor utama, yakni industri, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan.

“Sehingga, apa yang terjadi pada kelima sektor ini akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kita,” tuturnya.

Terlebih, sambung Suhariyanto, jumlah tenaga kerja pada lima bidang tersebut sangat banyak. Khusus untuk sektor pertanian, Kepala BPS mengatakan bahwa sektor ini selalu tumbuh di level positif selama periode 2020 hingga saat ini.

“Dan kembali pada triwulan I 2021 ini pertanian bisa tumbuh sebesar 2,95 persen. Tentunya ini sangat menggembirakan, mengingat sekitar 30 persen dari tenaga kerja Indonesia bekerja pada bidang ini,” jelasnya.

Untuk diketahui, pada sepanjang 2020 lalu Indonesia mencatatkan kontraksi pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam dengan catatan minus 2,07 persen secara tahunan dibandingkan dengan periode 2019. Bukuan tersebut sekaligus jadi yang terdalam sejak krisis moneter 1998 yang tercatat minus 13,16 persen.

BPS sendiri menyebut rendahnya angka inflasi akibat laju konsumsi yang tertahan serta mobilitas masyarakat yang terbatas menjadi penyebab amblasnya laju pertumbuhan pada sepanjang tahun lalu.