Pariwisata Babak Belur Tahun Lalu, Fase Pemulihan Diyakini Terjadi pada Paruh Kedua 2021
Kawasan pariwisata Danau Bedugul di Bali. (Foto: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memperkirakan sektor pariwisata akan mulai menunjukan fase pemulihan pada kuartal III 2020.

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf Raden Kurleni Ukar mengatakan optimisme pertumbuhan pada paruh kedua tahun ini sangat bergantung pada kemampuan mengendalikan pandemi COVID-19.

“Kami mendapati aktivitas kunjungan wisatawan nusantara mulai membaik, meskipun terbatas akibat kebijakan PPKM Mikro. Tetapi perlu diingat bahwa mobilitas orang di provinsi yang melakukan kegiatan pariwisata semakin meningkat,” ujarnya dalam webinar Mendobrak Inersia Pemulihan Ekonomi yang diselenggarakan oleh CORE Indonesia, Selasa, 27 April.

Kurleni menambahkan, indikasi peningkatan mobilitas tersebut diharapkan tidak memicu kenaikan angka penyebaran pandemi dengan menerapkan protokol kesehatan.

“Kami juga menginginkan jika pelarangan mudik tahun ini bisa ditaati oleh seluruh masyarakat agar bisa segera keluar dari ancaman COVID-19 yang kemudian membawa dampak positif bagi pemulihan ekonomi, termasuk di sektor pariwisata,” tuturnya.

Lebih lanjut, peniadaan mudik tahun ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan aktivitas wisata di sekitaran area tempat tinggal.

“Karena dilarang mudik mungkin bisa berwisata yang dekat-dekat saja dan tidak ke luar kota agar industri ini bisa tetap hidup,” imbuhnya.

Sebagai informasi, jumlah seluruh wisatawan pada 2020 tercatat sebanyak 4,05 juta orang dari sebelumnya 16,11 juta orang pada 2019.

Dari jumlah tersebut, wisatawan mancanegara tercatat hanya sebanyak 1,2 juta orang atau sekitar 100.000 orang orang setiap bulannya pada tahun lalu.

Hasil itu turut menyeret angka pembentukan devisa yang disumbang oleh industri pelesir dengan kontraksi 79,1 persen year-on-year menjadi hanya 3,5 miliar pada 2020.

“Kondisi ini juga menyebabkan tenaga kerja ikut turun 6 persen menjadi sekitar 13 juta pekerja,” imbuhnya.

“Kami mengajak semua pihak untuk sama2 berkolaborasi dan menyebar optimisme bahwa pandemi ini akan berakhir, serta terus menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” tutup Kurleni.