JAKARTA - Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga mengungkapkan sistem resi gudang (SRG) berpotensi menjadi instrumen dalam mendukung pengendalian ketersediaan stok dan stabilitas harga komoditas pangan.
Menurut dia, SRG dapat menjadi alternatif instrumen dalam mendukung tata niaga dan distribusi.
“SRG berpotensi menjadi bagian dari sistem logistik dan distribusi nasional. Sehingga, ke depan diharapkan dapat dioptimalkan untuk mendukung pengendalian ketersediaan stok dan stabilitas harga komoditas pangan,” ujarnya seperti yang dikutip pada Senin, 26 April.
Wamendag menambahkan, SRG juga bermanfaat sebagai alternatif untuk memperoleh pembiayaan. Dia berharap partisipasi pelaku usaha komoditas dalam memanfaatkan SRG semakin meningkat.
Dalam catatannya, peningkatan tersebut berdampak langsung pada nilai pemanfaatan SRG dalam tiga tahun terakhir.
Disebutkan bahwa, pada 2020 nilai transaksi SRG mencapai Rp191,2 miliar atau tumbuh sebesar 71,9 persen.
Sementara itu, pembiayaan berbasis SRG pada 2020 juga mengalami peningkatan. Nilai pembiayaan yang tersalurkan mencapai Rp117,7 miliar atau melesat 84,4 persen.
Sebagai informasi, beberapa waktu yang lalu Kementerian Perdagangan telah menerbitkan Permendag Nomor 14 Tahun 2021 tentang komoditas yang dapat diresigudangkan.
BACA JUGA:
Dalam beleid itu terdapat dua tambahan jenis komoditas yang dapat diresigudangkan, yaitu gula kristal putih dan kedelai.
Hingga saat ini, total komoditas yang dapat diresigudangkan berjumlah 20 yang terdiri dari komoditas pertanian atau perkebunan, peternakan, kelautan atau perikanan, dan pertambangan.
“Pada masa pandemi SRG dapat melindungi para pelaku usaha dengan memberikan mekanisme manajemen stok dan akses pembiayaan. Selain itu, juga dapat mendukung rantai bisnis komoditas di Indonesia sehingga tidak terjadi stagnasi yang menyebabkan berhenti operasi,” jelas Wamendag.
Dia mengajak pula berbagai pihak untuk bersinergi mengoptimalkan pemanfaatan SRG demi membantu memulihkan ekonomi nasional.