Sektor Properti Mulai Bergairah, Bisnis KPR BTN Tumbuh 3 Persen
Ilustrasi rumah subsidi. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)

Bagikan:

JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BTN) membukukan pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 3,32 persen year-on-year (y-o-y) menjadi Rp236,57 triliun pada penutupan kuartal I 2021.

Direktur Consumer & Commercial Lending BTN Hirwandi Gafar mengatakan KPR subsidi masih menjadi andalan perseroan untuk memaksimalkan fungsi intermediasi perbankan. Dia mencatat, segmentasi ini tumbuh 9,04 persen y-o-y menjadi Rp122,96 triliun.

“Untuk yang KPR bukan subsidi juga naik tipis 0,2 persen menjadi Rp80,15 triliun,” ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 22 April.

Hirwandi menambahkan, perseroan pada tahun ini mendapat amanah dari pemerintah untuk bisa menyalurkan KPR dengan skema subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak 81.000 unit.

“BTN hingga saat ini yang sudah kami salurkan sebanyak 32.000 unit,” tuturnya.

Lebih lanjut, pada kredit di segmen nonperumahan tercatat tumbuh 2,87 persen y-o-y menjadi Rp24,76 triliun. Pertumbuhan tersebut ditopang kenaikan di segmen kredit konsumer dan kredit korporasi yang tumbuh masing-masing sebesar 9,43 persen dan 7,44 persen.

Secara keseluruhan, hingga akhir kuartal I/2021 penyaluran kredit dan pembiayaan bank dengan kode saham BBTN itu tercatat sebesar Rp261,34 triliun atau naik 3,19 persen dari periode yang sama 2020.

“Level pertumbuhan  itu berada diatas rata-rata pertumbuhan kredit industri yang masih minus,” katanya.

Bukuan positif sektor kredit dan pembiayaan itu turut memberi andil dalam mendongkrak aset BTN menjadi 375,73 triliun atau melesat 21,92 persen secara tahunan.

Lagi-lagi Hirwandi menyebut laju peningkatan aset tersebut juga berada di atas rata-rata peningkatan aset nasional yang sebesar 7 persen per Januari 2021.

“Bagi kami, pertumbuhan yang berkelanjutan adalah yang utama. Sehingga, kami berupaya mengoptimalkan kualitas aset yang kami miliki,” tegasnya.

Lalu, untuk sisi rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) diketahui berada pada level terjaga 1,94 persen. Level ini turun 44 basis poin (bps) dari 2,38 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun, aspek likuiditas juga mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 33,01 persen y-o-y menjadi Rp294,91 triliun.

Hal tersebut memberi ruang bagi perseroan untuk memperbaiki sisi  loan to deposit ratio (LDR) menjadi 88,62 persen, atau turun sebesar 2.561 bps dari catatan sebelumnya.