Bagikan:

JAKARTA - PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) meminta relaksasi ekspor konsentrat tembaga kepada pemerintah. Sejatinya izin ekspor tembaga telah berakhir pada 31 Desember 2024 yang lalu.

Presiden Direktur PT Amman Mineral Internasional Tbk Rachmat Makkasau mengatakan, permintaan ekspor konsentrat tembaga ini dikarenakan proses commissioning yang berjalan lebih lambat dari rencana. Asal tahu saja, hingga saat ini kapasitas produksi tembaga di smelter yang dioperasikan oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara ini baru mencapai 48 persen.

"Proses commissioning berjalan lambat karena kami melakukan berbagai upaya untuk memastikan tidak terjadi hal yang kita tidak inginkan. Karena ini adalah teknologi yang baru yang memang sangat berbeda dengan kemampuan kami sebagai penambang," ujar Rachmat dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu, 18 Februari.

Rachmat menjelaskan, smelter ini memiliki kapasitas produksi 900.000 ton dan akan menghasilkan 220.000 ton katoda tembaga. Adapun produk sampingan yang bisa dihasilkan antara lain 801.000 ton asam sulfat, 18 ton emas, 55 ton perak dan 77 ton selenium.

Ia juga menerangkan jika teknologi yang digunakan dalam smelter ini sama seperti teknologi yang digunakan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) yakni teknologi double-bash dari Yanggu, China.

"Kemudian kita combine dengan beberapa teknologi provider. Di sana juga ada Merin, dan juga Metsun, atau Ototec," sambung dia.

Total investasi pada proyek ini, kata dia, mencapai 1,4 miliar dolar termasuk investasi tambahan untuk pembangkit listrik dan fasilitas pendukung lainnya untuk mencapai kapasitas produksi 900.000 ton.

Rachmat juga menjelaskan, untuk mengantisipasi commissioning yang lambat, pihaknya juga melakukan penambahan tenaga kerja dari rencana awal. Ia juga mengakui jika pihaknya berhati-hati dalam menggunakan teknologi baru dan pemberian relaksasi ekspor dapat membantu keseimbangan produksi.

"Dengan itu kami juga berharap dapat diberikan fleksibilitas untuk melakukan ekspor mengingat banyaknya ketidakpastian dalam proses commissioning ini. Harapan kami progres commissioning dan start up bisa berjalan dengan baik dan cepat sehingga produk kami bisa diserap," tandas Rachmat.