Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengatakan pengendalian kasus COVID-19 menjadi kunci bergeraknya perekonomian Indonesia.

"Pertumbuhan ekonomi mencatatkan angka yang optimistis. Sementara tren kasus harian COVID-19 terus menurun,” kata Presiden Joko Widodo dikutip dari Antara, Rabu 21 April.

Presiden Joko Widodo menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 minus 2,1 persen.

"Kita hanya kalah dari RRT yang plus. Yang lainnya, AS, Jepang, Jerman, Italia, Prancis itu minus banyak semuanya," ujar Presiden Jokowi.

Saat ini, Presiden menambahkan angka kasus harian COVID-19 berada di kisaran 4.000 hingga 5.000, atau jauh menurun bila dibandingkan pada Januari-Februari lalu yang masih di atas 10 ribuan.

"Penerapan pembatasan kegiatan masyarakat skala Mikro masih menjadi kunci pengendalian COVID-19," ujar Presiden.

Oleh sebab itu, Presiden berharap kondisi ini dapat dijaga dan ditingkatkan terus sehingga pertumbuhan ekonomi bisa terus bergerak ke arah positif.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam menyambut momentum Hari Raya Idulfitri 2021 ini, Presiden meminta masyarakat untuk benar-benar mematuhi larangan mudik yang sudah ditetapkan pemerintah.

Menurut Presiden, larangan mudik ini dinilai penting demi mencegah lonjakan kasus seperti yang terjadi pada Januari - Februari 2021 lalu.

"Pertumbuhan ekonomi kita sudah bagus, jangan diganggu COVID-19 lagi," kata Presiden.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, lanjut Presiden, peningkatan mobilitas masyarakat di masa libur telah menyebabkan terjadinya peningkatan angka kasus harian COVID-19.

Presiden mencatat misalnya pada libur Idulfitri 22 - 25 Mei tahun lalu, rata-rata kasus positif naik sebesar 68 hingga 93 persen. Kemudian masa libur Tahun Baru Islam pada 20 - 23 Agustus 2020, rata-rata kasus positif naik sebesar 58-119 persen.

Sementara itu libur memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada 28 Oktober - 1 November 2020, juga telah meningkatkan angkanya sebesar 37-95 persen. Karena itu, Presiden Joko Widodo pun mendorong larangan mudik ini terus disuarakan berkali-kali kepada masyarakat.

"Ini (larangan mudik) diperlukan karena menurut survei yang kita lakukan, ada 11 persen masyarakat yang masih berkeinginan untuk mudik tahun ini. Bila dikonversi, angka survei 11 persen itu sama dengan 17 juta jiwa," ujar Presiden.

"Kalau mudik tidak dilarang, hitung-hitungan kami bakal ada lonjakan angka menjadi 120 ribu hingga 140 ribu kasus COVID-19 per hari. Jadi memang harus kita tekan terus," tutup Presiden.