Bagikan:

JAKARTA - Chairman Indonesian Mining Institute Irwandy Arif mengungkapkan setidaknya akan ada 55 smelter nikel yang akan beroperasi di Indonesia.

Adapun 55 smelter tersebut terdiri dari 49 smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang akan menghasilkan nikel pig iron (NPI) dan 6 smelter High-Pressure Acid Leaching (HPAL).

"Yang sedang konstruksi masih ada sekitar 36 smelter," ujarnya dalam Mining Zone yang dikutip Senin, 6 Januari.

Dengan hadirnya 36 smelter baru yang sedang dibangun tersebut, Irwandy memproyeksikan kebutuhan nikel di dalam negeri akan bertambah sebesar 185 juta ton. Adapun kebutuhan nikel pada smleter yang sudah beroperasi mencapai 300 juta ton per tahun.

"Berapa kebutuhan yang sebentar lagi akan jadi? Kebutuhan 36 smelter baru kira2 185 juta lagi. Jadi kalau 300 juta ditambah 185 juta sudah hampir 500 juta," sambung Irwandy.

Lebih lanjut ia menambahkan, saat ini cadangan nikel yang dimuliki oleh RI baik saprolite maupun limonite hanya sebesar 5 miliar ton. Untuk itu Irwandy mendorong pemerintah untuk menambah cadangan nikel.

"Cadangan kita hanya 5 miliar. Jadi harus tambah cadangannya dulu," ujarnya singkat.

Lebih jauh, Irwandy mengatakan, agar tercapai keseimbangan antara su Nah tapi ini bisa terjadi menuju keseimbangan antara supply dan demand baik di Indonesia maupun dunia, diperkukan keinginan kuat dari pemerintah untuk menerapkan good mining practice yang baik di pertambangan.

Tak hanya itu, lanjut dia, pemerintah juga perlu mengatur produksi untuk besi baja dan baterai yang dinilai masih terbuka lebar.

"Tapi masih ada satu yang harus diupayakan oleh pemerintah lagi, jalur ketiga hilirisasi nikel yaitu bagaimana menciptakan logam murni nikel yang harganya cukup paling mahal dari semuanya digunakan untuk industri pesat terbang yang belum kita punyai," tandas Irwandy.