Bagikan:

JAKARTA - Harga minyak naik ke level tertinggi baru empat minggu pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), terangkat data ekonomi AS yang positif serta perkiraan permintaan yang lebih tinggi dari Badan Energi Internasional (IEA) dan OPEC ketika negara-negara mulai pulih dari pandemi COVID-19.

Kontrak berjangka minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei bertambah 36 sen atau 0,5 persen menjadi 66,94 dolar AS per barel, setelah melonjak hampir 4,6 persen pada Rabu 14 April.

Sementara itu minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 31 sen atau 0,5 persen menjadi 63,46 dolar AS per barel, setelah terangkat 4,9 persen sehari sebelumnya..

Itu adalah posisi penutupan tertinggi untuk kedua kontrak acuan sejak 17 Maret untuk hari kedua beruntun serta menempatkan kedua kontrak naik selama empat hari berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Februari.

"Minyak mulai terhubung kembali dengan ekuitas yang kuat dengan bantuan lebih lanjut dari melemahnya dolar," kata Presiden Ritterbusch and Associates, Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois, dikutip dari Antara, Jumat 16 April.

Penjualan ritel AS rebound lebih tinggi dari yang diharapkan pada Maret ketika warga Amerika menerima bantuan langsung tunai pandemi tambahan dan karena vaksinasi COVID-19 memungkinkan keterlibatan kembali ekonomi yang lebih luas.

Data dan laba positif dari beberapa perusahaan membantu mendorong Indeks S&P 500 dan Dow Jones ke rekor tertinggi, mendukung harapan rebound ekonomi yang lebih luas.

Dolar AS berada di jalur untuk jatuh ke level terendah empat minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya. Dolar yang lebih lemah membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang menurut para pedagang membantu mendukung harga minyak mentah.

"Kenaikan Rabu 14 April sedikit berlebihan, tetapi dibangun dengan alasan yang valid karena beberapa laporan penting memperkirakan pertumbuhan permintaan untuk paruh kedua tahun ini serta stok minyak mentah AS mengejutkan para pedagang dengan penurunan cukup signifikan," kata Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen.

"Hari ini pasar mempertahankan keuntungan ini, hanya mengurangi sedikit antusiasme minggu ini," kata Tonhaugen.

IEA dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) minggu ini membuat revisi naik untuk perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global mereka tahun ini, masing-masing menjadi 5,7 juta barel per hari (bph) dan 5,95 juta bph.

Persediaan minyak mentah AS turun 5,9 juta barel pekan lalu, data pemerintah menunjukkan pada Rabu (14/4/2021), dengan stok minyak mentah di East Coast jatuh ke rekor terendah.

Disiplin pasokan dan ekonomi rebound diperkirakan akan memberikan minyak kesempatan untuk keluar dari kisaran baru-baru ini, analis di Goldman Sachs mengatakan dalam sebuah laporan.

"Kami tetap positif pada minyak Brent yang memperkirakan 80 dolar AS (per barel pada kuartal ketiga) di tengah pemulihan permintaan jangka pendek dan disiplin pasokan," kata bank itu.

Terlepas dari semua berita ekonomi bullish, beberapa pedagang energi mencatat kenaikan harga minyak kemungkinan akan dibatasi oleh rencana OPEC untuk memangkas pengurangan produksi mulai bulan depan.

OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, setuju untuk mengembalikan produksi sekitar 2 juta barel per hari selama tiga bulan ke depan.

Sementara itu, Amerika Serikat memberlakukan sanksi lebih luas terhadap Rusia atas tuduhan intervensi dalam pemilu AS tahun lalu, peretasan dunia maya, penindasan di Ukraina, dan tindakan-tindakan "merugikan" lainnya.