Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan bahwa mahalnya harga minyak kemasan disebabkan oleh harga minyak sawit mentah dunia atau CPO internasional meningkat akibat perang Rusia-Ukraina.

"Ada yang tanya kenapa kok harga tinggi? Kita tahu bahwa invasi Rusia ke Ukraina sebabkan harga-harga barang tinggi," katanya, saat ditemui di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Kamis, 17 Maret.

Lutfi mengatakan Rusia dan Ukraina merupakan negara produsen minyak nabati yakni minyak biji matahari atau sunflower. Namun, karena adanya konflik, pengguna minyak biji matahari beralih ke CPO. Akibatnya harga CPO meningkat karena tingginya permintaan.

"Terutama karena mereka penghasil minyak sunflower. Nah substitusinya adalah minyak CPO, sebabkan harga CPO loncat dari Rp14.600 di awal Februari jadi Rp18.000 kemarin. Sekarang sudah turun sedikit tapi pada dasarnya naik karena mekanisme pasar," ucapnya.

Ukraina berhenti produksi minyak nabati

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengatakan bahwa imbas dari invasi Rusia ke Ukraina membuat negara tersebut berhenti memproduksi minyak nabati.

"Minyak nabati dari Ukraina kan berhenti produksinya. Padahal dia cukup tinggi 17 persen pasokannya ke dunia," ucapnya.

Kata Oke, dengan berhentinya pasokan minyak nabati dari Ukraina, memicu gejolak di pasar internasional. Imbasnya harga minyak sawit mentah ikut melonjak.

"Harga udah pasti naik. Kebutuhan minyak dunia dari sawit itu 43 persen," tuturnya.