AMBON - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melakukan dialog singkat dengan nelayan cumi-cumi dalam kunjungan kerjanya ke Kota Ambon, Maluku pada Rabu, 18 Desember. Bahlil menyambangi Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) 88.791.01, Tantui, Kota Ambon.
Kepada Bahlil, Maisi, nelayan cumi-cumi mengeluhkan kurangnya kuota solar yang akan digunakan sebagai bahan bakar kapal. Apalagi, kata dia, nelayan cumi membutuhk waktu berlayar hingga 8 bulan.
"Apalagi keadaan seperti begini lagi susah begini solar mahal, kita agak susah dapat solar. Kita melangkah ga bisa. Masalahnya kami ini pemakaian besar," ujar Maisi kepada Bahlil, Rabu, 18 Desember.
Mendengar keluhan tersebut Bahlil mengatakan pihaknya akan melakukan evaluasi dengan menggandeng BPH Migas dan Pertamina untuk menemukan kebijakan yang tepat bagi semua nelayan.
"Kami akan lakukan evaluasi untuk kebijakan apa yang tepat dalam ranka memastikan semua nelayan dapat kuota BBM," ujar Bahlil.
Meski demikian Bahlil memastikan harga solar yang dijual di SPBN Tantiui sudah sama dengan harga solar subsidi di daerah lain di Indonesia. Harga solar di SPBU di Tantui juga disebut jauh lebih murah jika dibandingkan dengan solar untuk subsidi.
BACA JUGA:
"Kalau harga di sini harga subsidi jadi tidak mahal. Cuma memang kuotanya," sambung Bahlil.
Untuk informasi, SPBUN 88.791.01 Kota Ambon yang beroperasi sejak tahun 2021 memiliki produk Biosolar-JBT dan Dexlite yang disuplai dari Integrated Terminal BBM Wayame.
Adapun rerata penyaluran Biosolar-JBT SPBUN Ambon tersebut sebanyak 4,56 KL per hari dan Dexlite sebanyak 0,52 KL per hari.