Bagikan:

JAKARTA - CEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan insentif sektor perumahan yang dirilis pemerintah melalui penghapusan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk hunian di bawah Rp2 miliar dan pengurangan PPN untuk hunian Rp2 miliar hingga Rp5 miliar memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan penjualan.

Menurut dia, meskipun hanya berlaku untuk hunian siap huni atau ready stock, namun paling tidak kebijakan ini dapat memberikan harapan dan angin segar bagi pergerakan pasar perumahan di Tanah Air.

“Yang menarik, terjadi peningkatan penjualan rumah ready stock sebesar 323,5 persen secara kuartalan,” ujarnya dalam keterangan tertulis seperti yang dikutip pada Senin, 12 April.

Ali menambahkan, stimulus yang tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 21/PMK/010/2021 dan mulai berlaku pada 1 Maret itu bagaikan angin segar di tengah lesunya pasar properti pada masa pandemi seperti saat ini.

“Belum pernah ada sebanyak ini stimulus yang diberikan pemerintah, tidak hanya pengurangan PPN, tapi relaksasi LTV (loan to value) sampai suku bunga yang rendah. Belum lagi kuota untuk perumahan masyarakat berpenghasilan rendah yang ditambah pada tahun ini, jelas harus kita apresiasi,” tuturnya.

Meskipun demikian seperti yang diperkirakan sebelumnya, peningkatan ini masih terbatas untuk rumah ready stock sehingga pasar rumah indent sedikit tertahan.

Dia mencatat, berdasarkan survei pasar perumahan yang dilakukan IPW, diperkirakan pasar perumahan di Banten mengalami pertumbuhan positif pada kuartal I/2021 sebesar 7,5 persen. Adapun, peningkatan penjualan rumah stock melonjak hingga sebesar 323,5 persen.

“Kenaikan ini membuat kontribusi rumah ready stock mencapai 14,6 persen dari total keseluruhan unit terjual. Penjualan ready stock ini sebagian besar dapat dipastikan terjadi dikarenakan adanya pengurangan PPN yang meningkatkan permintaan konsumen untuk membeli rumah,” jelasnya.

Bahkan, sambung dia, sebagian besar penjualan ready stock ini berada di segmen harga di bawah Rp 1 miliar.  Sedangkan bila dilihat hanya dari penjualan rumah indent (bukan ready stock) maka penjualan menurun 4,7 persen.

Sebagai informasi, pada triwulan kedua diperkirakan akan terjadi peningkatan lebih tinggi lagi untuk penjualan rumah ready stock dengan melihat bahwa semakin banyak masyarakat yang mulai mengetahui relaksasi tersebut, menyusul saat ini masih 65 persen lebih dari konsumen yang ternyata belum mengetahui adanya kebijakan pengurangan PPN.

Ke depan Ali berharap pemerintah dapat memberikan relaksasi pengurangan PPN bagi penjualan perumahan indent, sehingga dapat berkontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

“Seperti diketahui multiplier effect sektor properti termasuk perumahan sangat besar sebagai lokomotif perekonomian nasional dan mendorong 174 industri ikutan lainnya,” tutup dia.