Bagikan:

TERNATE - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung memaparkan tiga program prioritas Kabinet Merah Putih bentukan Presiden Prabowo Subianto. Ia merinci, ketga program prioritas tersebut antara lain ketahanan pangan, ketahanan energi dan hiliris.

"Ketahanan pangan bagaimana kita bisa menyediakan pangan yang cukup bagi masyarakat dan juga harga yang terjangkau bagi masyarakat," ujar Yuliot dalam sambutannya pada peresmian BBM Satu Harga di Ternate, Maluku Utara, Rabu, 30 Oktober.

Selanjutnya, ketahanan energi terkait penyediaan energi yang cukup bagi masyarakat, baik yang berasal dari energi fosil, di antaranya itu ada bahan bakar minyak dan batu bara.

Lebih jauh ia menjelaskan, terkait ketersediaan bahan bakar minyak dalam negeri terjadi penurunan tingkat produksi minyak RI dari tahun ke tahun. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya produksi minyak dalam negeri pernah menyentuh angka 1,5 juta barel per hari, sementara tingkat konsumsi RI hanya sebesar 600.000 barel.

"Sementara ini keadanya sudah berbalik. Kebutuhan kita per hari sekitar 1,5 juta barel, sementara tingkat produksi di dalam negeri sekitar 600.000 barel," terang Yuliot.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, lanjut dia, RI harus mengimpor minyak 900.000 barel dalam bentuk minyak mentah dan BBM. Untuk itu ia menyebut pemerintah berupaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang berasal dari fosil dengan melakukan diversifikasi dengan energi baru dan terbarukan (EBT).

Terakhir, program ketiga adalah hilirisasi. Program ketiga ini, kata dia, Prabowo mewajibkan seluruh kementerian yang terkait dengan hilirisasi untuk menyukseskan program hilirisasi.

"Kami melihat bahwa Maluku Utara adalah contoh sukses program hilirisasi. Tadinya Maluku Utara ekspor bahan mentah dalam bentuk nikel ore, dengan adanya program milirisasi kita menghasilkan dari nikel Itu ada dua komponen, yang pertama itu adalah nikel, yang kedua kobalt nikel," sambung dia.

Dengan adanya program hilirisasi ini, Yuliot menyebut aliran investasi hilirisasi untuk Maluku Utara pada Januari hingga September 2024 mencapai Rp55 triliun dan berhasil mengantarkan Maluku Utara menjadi Provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia pada tahun 2023.