Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjalin kolaborasi dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dalam rangka mendorong perkembangan industri olahraga di tengah meningkatnya tren gaya hidup sehat masyarakat.

Kerja sama Kemenperin dan KONI diresmikan melalui penandatanganan nota kesepahaman tentang pengembangan sektor industri olahraga.

"Kami melihat peluang besar pada tren tersebut sebagai ceruk pasar yang potensial bagi para pelaku industri alat olahraga, pakaian dan alas kaki dalam negeri untuk tumbuh dan eksis di pasar lokal hingga internasional. Sehingga, mampu memperkuat dan memajukan sektor industri olahraga Tanah Air," ujar Menteri Perindustrian (Memperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam konferensi pers di kantornya, Kamis, 10 Oktober.

Menperin menilai, sektor industri alat olahraga memiliki potensi kontribusi ekonomi yang cukup besar. Peluang ini terlihat dari peran industri alat olahraga yang dianggap mampu meningkatkan nilai ekspor.

Berdasarkan data Trademap.org pada 2023, Indonesia berada di peringkat ke-24 sebagai negara eksportir alat olahraga dengan pangsa pasar sebesar 0,66 persen.

Adapun lima negara tujuan ekspor utama untuk produk industri alat olahraga Indonesia adalah Amerika Serikat (38 persen), Jepang (15 persen), Korea Selatan (10 persen), China (5 persen) dan Belanda (5 persen).

Sedangkan produk utama yang diekspor antara lain sarung tangan olahraga, joran pancing, bola golf, bola tiup serta sarung tangan baseball dan softball.

"Kami berharap pada 2024, kinerja ekspor industri alat olahraga akan lebih berkembang dan memiliki peran lebih besar dalam peningkatan nilai ekspor," katanya.

Tak hanya berkontribusi dalam ekspor, sektor industri alat olahraga sejatinya merupakan industri padat karya. Berdasarkan data Direktori Industri Besar Sedang yang diolah Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2023, jumlah industri alat olahraga di Indonesia tercatat sebanyak 65 unit usaha yang telah menyerap tenaga kerja lebih dari 12.000 orang.

"Terdapat potensi industri alat olahraga di Indonesia, di antaranya shuttlecock, bola, meja tenis maupun alat olahraga lainnya yang dapat digunakan pada kegiatan olahraga kompetisi lokal, seperti PON, IBL dan Pro Liga," ucapnya.

Agus mengungkapkan, dari segi kualitas dan jaminan mutu produk, banyak produk industri alat olahraga dalam negeri yang telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).

Bahkan, telah mengantongi sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).

Sehingga, dapat masuk dalam pengadaan atau belanja pemerintah.

Saat ini, terdapat 78 SNI untuk alat olahraga yang bersifat sukarela.

"Misalnya bola sepak buatan PT Global Way Indonesia di Madiun, Jawa Timur. Bola ini telah digunakan pada event Piala Dunia 2022 di Qatar karena sesuai dengan dengan standar internasional," tuturnya.

Meski begitu, Agus mengakui masih terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi industri alat olahraga agar dapat berdaya saing di pasar dalam dan luar negeri.

Di antaranya, permintaan barang yang fluktuatif karena industri ini banyak berkaitan dengan hobi atau sering dianggap sebagai kebutuhan tersier serta masuknya barang impor sejenis dengan kualitas rendah dan harga murah melalui marketplace.

"Saya tahu industri ini juga harus menghadapi tantangan, bahwa beberapa bahan baku dan komponen yang belum tersedia di dalam negeri serta kurang optimalnya kemitraan antara produsen dengan induk cabang olahraga," katanya.

Karena itu, Agus berharap, melalui sinergitas antara Kemenperin dan KONI, penggunaan produk industri olahraga dalam negeri yang memenuhi standar nasional dan internasional pada kegiatan olahraga yang diselenggarakan oleh KONI akan semakin meningkat.

"Kemenperin berkomitmen turut mendorong perusahaan industri agar dapat berpartisipasi dalam pembinaan olahraga Indonesia sekaligus mendorong tumbuhnya atlet-atlet berprestasi di daerah melalui penyelenggaraan event-event keolahragaan di tingkat daerah dan nasional," tegasnya.

Sementara itu, Ketua Umum KONI Pusat Letjen TNI (Purn) Marciano Norman mengungkapkan, sektor industri olahraga nasional harus bisa menangkap peluang amat besar dari komunitas olahraga yang ada saat ini.

Marciano mengakui, industri peralatan dan perlengkapan olahraga di Indonesia sudah cukup banyak dan berkualitas. Dia bilang, ini perlu dioptimalkan. Terlebih, pasar di Indonesia sangat besar.

"Produk industri olahraga kami semakin maju dan pasar kami cukup besar," imbuhnya.