Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan Jalan Perbatasan Sabuk Merah Indonesia–Timor Leste di Nusa Tenggara Timur (NTT) dapat rampung seluruhnya pada November 2024.

Jalan ini punya arti penting karena menjadi pendekat ke garis perbatasan untuk pengawasan dan perkembangan ekonomi pada kedua negara tersebut.

Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Fahrudin Wilayah II Provinsi NTT mengatakan, Jalan Perbatasan Sabuk Merah di NTT ini terdiri atas sektor timur sepanjang 180 kilometer (km) yang telah diselesaikan seluruhnya.

Sementara, untuk ruas Sabuk Merah Sektor Barat sepanjang 117 km masih menyisakan pembangunan dua ruas sepanjang 31 km yang masih dalam masa konstruksi, yakni ruas Penak– Saenam (18 km) dan Saenam–Nunpo (Haumeniana) (13 km).

"Saat ini, progres konstruksi ruas tersebut sudah 93 persen dengan target selesai akhir November 2024,", ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu, 2 Oktober.

Adapun pembangunannya telah dilaksanakan sejak akhir 2022 silam dengan anggaran pembangunan mencapai Rp114 miliar, menggunakan kontraktor PT Lince-Maju Jaya, KSO.

Fahrudin mengatakan, dalam pembangunan Jalan Perbatasan Sabuk Merah terdapat juga jembatan yang telah dibangun BPJN NTT pada 2020 sebanyak 42 jembatan pada ruas Sabuk Merah Sektor Timur dan 38 jembatan pada ruas Sabuk Merah Sektor Barat.

Dixci Rafael yang merupakan warga pengguna jalan perbatasan di NTT bilang, jalan perbatasan yang selesai dibangun sangat membantu dalam memperpendek waktu tempuh warga setiap harinya.

"Sebelumnya dari Kota Kefamenanu ke Napan menempuh waktu 2,5 jam, sekarang dengan adanya pembangunan PLBN dan akses jalan yang baik jadi hanya sekitar 20 menit. Masyarakat jadi lebih cepat dalam mengangkut hasil bumi ke kota dan menjualnya ke pasar," tuturnya.