KUPANG - Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Nusa Tenggara Timur (NTT) Kementerian PUPR membuka akses wilayah terisolir di perbatasan Indonesia-Timor Leste, setelah Jalan Sabuk Merah sepanjang 179 kilometer yang menghubungkan Kabupaten Belu dan Malaka selesai dibangun.
“Akses Jalan Sabuk Merah yang sudah selesai dibangun membuka akses wilayah terisolir dan menghubungkan delapan kecamatan dan 32 desa yang berbatasan langsung dengan Timor Leste,” kata Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) BPJN NTT Zaulkifli Arif, di Atambua, Kabupaten Belu dilansir ANTARA, Senin, 5 Juni..
Dia menjelaskan, ada kurang lebih enam kecamatan, 27 desa di Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Timor Leste di wilayah hukum Kabupaten Belu.
Di samping itu, juga ada dua kecamatan dan lima desa di wilayah hukum Kabupaten Malaka yang berbatasan dengan Timor Leste.
Jalan Sabuk Merah perbatasan sektor timur yang dibangun sepanjang 179 kilometer tersebut, terbentang sepanjang garis perbatasan dari wilayah utara ke selatan di dua kabupaten, Belu dan Malaka.
Biaya pembangunan Jalan Sabuk Merah perbatasan sektor timur sepanjang 179 kilometer tersebut mencapai Rp1,6 triliun, ditambah dengan kurang lebih 40 jembatan.
BACA JUGA:
Pewarta ANTARA yang merasakan dan melihat langsung jalan yang sudah dibangun hotmix tersebut, melewati sejumlah bukit-bukit hijau yang berbatasan dengan Timor Leste.
Namun ada beberapa jalur yang mulai longsor akibat cuaca buruk, seperti hujan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Menurut Arif ada kurang lebih 20 titik longsor yang perlu perbaikan.
Yosep Pau Iki, salah seorang warga yang ditemui di Desa Maudemuk, Kecamatan Lamaknen Selatan mengatakan bahwa sudah 70 tahun berada di desa tersebut, dan merasa bersyukur karena akhirnya bisa merasakan jalan beraspal.
“Terima kasih, karena dengan begini kami merasakan bahwa kami sudah merdeka,” kata dia sambil berharap agar ada pembangunan listrik di desa tersebut.