Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menilai, neraca perdagangan barang Indonesia yang mencatatkan surplus pada Agustus 2024 sebesar 2,90 miliar dolar AS mencerminkan kemampuan Indonesia dalam menambah devisa dari beragam sumber pendapatan.

"Itu bagus, kita melihat ada peluang mendapatkan tambahan devisa dan ini cerminan dari perekonomian kita yang semakin diversified," ujarnya usai Rapat Pembicaraan Tingkat I RUU APBN 2025 bersama Badan Anggaran (Banggar) di Kompleks Parlemen DPR RI, Selasa, 17 September.

Menurut Febrio surplus neraca perdagangan itu merupakan capaian positif dimana saat ini kondisi ekonomi global masih menantang ditambah adanya pelemahan perekonomian di Tiongkok.

"Jadi kita bisa membukukan surplus sebesar itu dan akumulasi surplus sangat baik. Untuk kita bisa melihat, itu adalah hasil kerja keras untuk perubahan struktur perekonomian kita untuk nilai tambah lebih tinggi. Tidak hanya untuk tahun ini tetapi juga tahun-tahun berikutnya," ujarnya.

Sebagai informasi, ekonomi China tengah melemah tercermin dari Indeks manajer pembelian atau Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur China sebesar 49,1 pada Agustus 2024, atau turun dari Juli 2024 senilai 49,4.

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan barang Indonesia mencatatkan surplus pada Agustus 2024 mencapai 2,90 miliar dolar AS atau naik 2,40 miliar dolar AS dibandingkan bulan sebelumnya.

Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan, surplus neraca perdagangan pada Agustus 2024 didorong oleh surplus komoditas nonmigas yaitu sebesar 4,34 miliar dolar AS dengan komoditas terutama adalah bahan bakar mineral atau HS 27, lemak dan minyak hewan nabati HS 15, serta Besi dan Baja HS 72.

"Dengan demikian, neraca perdagang RI telah mencatat surplus 52 bulan beturut-turut sejak Mei 2020,” tuturnya dalam konferensi pers, Selasa, 17 September.

Pudji menjelaskan, surplus Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan surplus Juli 2024, tetapi masih lebih rendah jika dibandingkan dengan surplus pada Agustus 2023.

Adapun surplus neraca perdagangan non migas Agustus 2024 lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan Agustus 2023.

Sementara itu, neraca perdagangan migas mencatatkan defisit sebesar 1,44 miliar dolar AS, dengan komoditas penyumbang defisit neraca perdagangan migas adalah hasil minyak dan minyak mentah.

“Defisit neraca perdagangan migas Agustus 2024 tidak sedalam dari bulan sebelumnya tetapi masih lebih dalam jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu ,” jelasnya.