Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan transisi energi di sektor ketenagalistrikan akan didominasi pembangkit listrik tenaga surya dan angin.

Kementerian ESDM mendata, potensi PLTS di RI sebesar 3.294 GW dan baru dimanfaatkan sebesar 675 MW.

Tak hanya itu, Direktur Konservasi Energi EBTKE Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Hendra Iswahyudi mengungkapkan secara biaya, Levelized Cost of Energy (LCOE) dan biaya investasi dari PLtS menurun secara signifikan akibat tingginya skala produksi global dan kemajuan teknologi.

"Kalau kita lihat beberapa tahun lalu sejak kehadirannya, Ditjen EBTKE menerbitkan feed in tarif ya waktu itu PLTS masih 25 sen dolar AS per KWH, sekarang Cirata ini sudah di bawah 6, mungkin 5,6 atau 5,8 sen dolar AS per KWH," ujarnya dalam Forum Bakohumas di Bandung yang dikutip Jumat, 13 September.

Bahkan, kata dia, PLN Nusantara Power juga sudah mempersiapkan pembangunan untuk PLTS Terapung Karangkates berada di Bendungan Sutami, Kabupaten Malang, Jawa Timur dengan harga yang sudah ditekan hingga 4,97 sen dolar AS per KWH.

"Jadi semakin murah, semakin kompetitif. Jadi ini yang mesti kita dorong terus, apalagi kita punya regulasi yang mendorong TKDN, nanti kami jelaskan di akhir," kata dia.

Sementara itu untuk potensi PLTB atau angin tercatat sebesar 155 GW dengan pemanfaatan yang tercatat sebesar 152 MW.

Lebih lanjut Hendra menyebut untuk mendukung transisi energi, supergrid menjadi kunci utama. Ia menyebut adanya supergrid memungkinkan sistem ketenagalistrikan untuk berbagi daya sehingga dapat memanfaatkan variable renewable energy (VRE) semaksimal mungkin.

"Tapi yang jelas mengapa kita punya konsep supergrid ini sebagai kunci transisi, karena ini yang akan menghubungkan berbagai pulau untuk memperkuat grid sehingga penetrasi renewable-nya ini bisa masuk di grid, karena yang saya sampaikan tadi potensinya sangat tersebar, sangat terpencar, baik yang besar maupun kecil," pungkas dia.