JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat, 13 September 2024 diperkirakan akan bergerak menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Kamis, 12 September 2024, Kurs rupiah di pasar spot ditutup turun 0,24 persen di level Rp15.439 per dolar AS.
Sementara, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,04 persen ke level harga Rp15.421 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan data inflasi indeks harga konsumen inti terbaca lebih tinggi dari yang diharapkan untuk bulan Agustus.
"Sementara inflasi IHK utama masih mereda, pembacaan inti menunjukkan bahwa inflasi mungkin terbukti lebih kuat dari yang diharapkan sebelumnya, yang mengharuskan pemotongan suku bunga yang lebih kecil dari Fed," ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat, 13 September.
Ibrahim menyampaikan taruhan bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga hanya sebesar 25 basis poin ketika bertemu minggu depan tumbuh secara substansial setelah data Rabu, sementara taruhan pada pemotongan 50 bps berkurang lebih dari setengahnya.
Namun sebelum pertemuan Fed minggu depan, fokusnya adalah pada data inflasi indeks harga produsen yang akan dirilis pada Kamis malam, untuk isyarat lebih lanjut tentang inflasi.
Ibrahim menyampaikan prospek pemotongan suku bunga yang lebih kecil menjadi pertanda buruk bagi mata uang yang melawan dolar AS, mengingat skenario seperti itu menandakan kondisi moneter AS yang lebih ketat untuk waktu yang lebih lama.
Dari sisi dalam negeri, pembatasan pembelian Bahan Bakar Mintak (BBM) bersubsidi yang akan diberlakukan pada 1 Oktober 2024 membuat masyarakat kembali gusar apalagi bersamaan dengan kondisi ekonomi kelas menengah yang terus menurun, sehingga akan memnjadi beban tersendiri bagi pemerintahan Joko Widodo.
Ibrahim menyampaikan satu bulan lagi Prabowo-Gibran akan segera di lantik untuk menjadi Presiden dan wakil presiden.
Periode pemerintahan Prabowo-Gibran akan mendapat tantangan yang berat ditengah situasi geopolitik yang terus memanas, terutama di kawasan Timur Tengah dan Eropa tidak menunjukkan tanda-tanda reda hingga menjelang pelantikan Prabowo-Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden terpilih periode 2024-2029.
Ibrahim menyampaikan Pemerintah harus memiliki terobosan dalam membuat kebijakan ekonom yang cermat dan terukur serta mampu merespons setiap dinamika global ini dengan kebijakan yang cerdas dan efektif, demi menjaga kepentingan nasional.
"Tensi geopolitik berimbas pada lonjakan harga minyak dunia, yang memperburuk tekanan inflasi global. Bank sentral negara-negara maju pun enggan menurunkan suku bunga, menambah ketidakpastian ekonomi global yang berpengaruh pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," ujarnya.
Kemudian, Cina sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mempengaruhi ekspor Indonesia lantaran dapat menekan sektor perdagangan luar negeri yang selama ini menjadi salah satu motor penggerak ekonomi nasional.
BACA JUGA:
Hal tersebut harus dilakukan Pemerintahan baru demi terciptanya sistem ekonomi Pancasila dan Indonesia 2045 yang menjadi salah satu visi-misi utama saat berkampanye beberapa waktu lalu.
Demi terwujudnya ekonomi Pancasila dan Indonesia Emas 2045, maka targetnya adalah pertumbuhan ekonomi yang stabil di atas 6 persen per tahun, dengan fokus pada pengembangan infrastruktur, pendidikan, dan Kesehatan.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat pada perdagangan Jumat, 13 September 2024 dalam rentang harga Rp15.340 - Rp15.450 per dolar AS.