Bagikan:

JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi membatah pernyataan CEO Air Asia, Tony Fernandes yang mengatakan harga avtur Indonesia menjadi yang paling mahal di antara negara-negara di ASEAN.

Budi mengaku harga avtur Indonesia memang mahal, tapi bukan yang paling mahal. Ia pun mempertanyakan data yang dipakai oleh Tony Fernandes mengenai harga avtur tersebut.

“Jadi gini, tidak sepenuhnya benar. Kalau kita bicara itu mesti pakai data. Bahwa (avtur) mahal iya, kalau paling mahal enggak,” katanya di Sarinah, Jakarta, ditulis Selasa, 10 September.

Terpisah, Budi juga mengusulkan agar penjualan avtur dilakukan dengan mekanisme multiprovider. Tujuannya agar harga avtur di Indonesia menjadi lebih kompetitif.

Seperti diketahui, saat ini penjualan avtur di Indonesia hanya dilakukan oleh satu perusahaan yakni PT Pertamina (Persero).

“Avtur ini dirapatkan juga, seharusnya tidak boleh monopoli dan kita mendasarkan dari yang namanya rekomendasi KPPU multiprovider. Jadi ada beberapa provider yang melakukan (penjualan avtur),” kata Budi di Gedung DPR, Jakarta, Senin, 9 September.

Sebelumnya, CEO Air Asia Tony Fernandes mengungkapkan ada beberapa faktor yang membuat harga tiket pesawat di Indonesia menjadi mahal. Pertama, harga avtur di Indonesia 28 persen lebih tinggi daripada negara lain di ASEAN lainnya.

Karena itu, menurut Tony, Indonesia harus memiliki pesaing pemasok avtur. Tujuannya agar harga bahan bakar pesawat di Indonesia bisa lebih kompetitif.

Contohnya, sambung Tony, di Malaysia terdapat tiga perusahaan pemasok avtur. Hal ini membuat harga avtur di negara jiran tersebut lebih kompetitif.

“Di sebagia besar negara ada pilihan. Jika hanya ada satu di Indonesia, mereka dapat mengenakan biaya yang mereka inginkan. (Jadi) kompetisi diperlukan,” tutur Tony.