Bagikan:

JAKARTA - Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) memprotes rencana pemerintah untuk memindahkan jalur masuk atau pelabuhan untuk tujuh barang impor ke Indonesia Timur.

Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah menyatakan, pemindahan lokasi impor ini justru berpotensi memperberat industri dan ritel nasional. Pihaknya menilai, kebijakan ini belum tentu menjadi solusi efektif untuk mengatasi permasalahan impor ilegal. 

"Infrastruktur di Indonesia Timur masih belum memadai jika dibandingkan dengan kawasan Indonesia Barat, terutama terkait transportasi dan logistik," ujar Budihardjo dalam keterangan tertulisnya, dikutip Jumat, 6 September.

Menurutnya, kenaikan harga ini akan berdampak langsung pada daya beli masyarakat, yang pada akhirnya dikhawatirkan dapat mengancam pendapatan dan penutupan pada ritel.

"Jika harga barang terus meningkat akibat tingginya biaya logistik, daya beli masyarakat akan menurun dan target belanja di dalam negeri melalui program BINA tidak akan tercapai," katanya. 

Hippindo juga menekankan bahwa solusi yang lebih efektif untuk menangani impor ilegal adalah dengan memperkuat pengawasan dan penegakan hukum di seluruh pelabuhan Indonesia serta meningkatkan kolaborasi dengan pihak terkait untuk menertibkan pelaku impor ilegal. 

Selain itu, Hippindo mendorong adanya inisiatif pemerintah untuk memperbanyak produksi barang dalam negeri. 

"Selain memindahkan impor, kami melihat perlunya memperbanyak pasokan dari pabrik di dalam negeri. Jika perlu kerja sama dengan pihak luar bisa dilakukan, namun dengan ketentuan bahwa barang yang diproduksi di Indonesia wajib dijual untuk kebutuhan dalam negeri, bukan hanya untuk ekspor," ucap Budihardjo.

Budihardjo menilai, yang harus diutamakan adalah pemenuhan stok barang, baik pangan maupun non-pangan dengan fokus pada produk yang belum tersedia atau masih minim di Indonesia. 

"Kami mendukung upaya pemetaan produk-produk yang belum diproduksi di Indonesia, terutama yang sifatnya mudah untuk diproduksi di dalam negeri," tuturnya.

"Untuk itu, kami mendorong Kementerian Perindustrian (Kemenperin) agar memberikan kemudahan bagi produsen untuk memulai produksi tersebut dan Hippindo siap mendukung dengan memastikan produk-produk ini bisa dibeli oleh anggota kami, selama memenuhi standar dan syarat yang berlaku," tambah dia.

Oleh karena itu, lanjut Budihardjo, pihaknya mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali rencana pemindahan impor ini dengan lebih cermat. 

"Kebijakan ini harus mempertimbangkan aspek infrastruktur, biaya logistik dan dampaknya terhadap industri serta konsumen. Sehingga, tujuan utama meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dapat benar-benar tercapai," pungkasnya.