Kementerian BUMN Targetkan IBC Bisa Produksi Baterai hingga 140 GWh pada 2030
BUMN/Antara

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan produksi baterai untuk kendaraan mobil listrik bisa mencapai 140 giga watt hour (GWh). Kapasitas itu diproyeksikan bisa terealisasi pada 2030. Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, 50 di antaranya bisa di ekspor ke luar negeri. 

Sisanya menurut Pahala akan digunakan oleh Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk memproduksi kendaraan listrik di dalam negeri. 

"Indonesia ingin kapasitas baterai itu kurang lebih 140 GW hour di 2030 nanti. 50 GW hour dari produksi baterai cell ini mungkin akan kami ekspor, sisanya bisa digunakan industri baterai yang akan produksi electric vehicle (EV) yang ada di Indonesia," ujarnya, Jumat, 26 Maret. 

Pada tahap pertama, pihaknya menargetkan bisa memproduksi antara 10 GWh hingga 30 GWh. Sayangnya, dia belum secara gamblang menjelaskan mengenai rencana pendirian pabrik baterai dan produksi tahap pertama yang dimaksud. 

Pahala menyampaikan, enam bukan ke depan, Antam bakal memulai studi bersama calon mitra untuk pengembangan tambang. Kemudian, berlanjut ke pengembangan smelter. 

Untuk produksi kendaraan listrik di Indonesia, kata Pahala, Kementerian BUMN meyakini IBC mampu memproduksi 10 juta kendaraan roda dua. Sementara roda empat di atas 2 juta. Produksi ini bisa direalisasikan pada 2030.  

Nilai investasi mencapai Rp238 triliun 

Kementerian BUMN mencatat nilai investasi untuk industri baterai kendaraan listrik Indonesia yang dibutuhkan mencapai 17 miliar dolar Amerika Serikat atau setara Rp238 triliun (kurs Rp 14.000 per dolar AS). 

Pahala mengatakan IBC tidak hanya mengelola satu pabrik pembuatan kendaraan listrik. Namun terintegrasi dari mining, smelting, kemudian produksi prekursor, hingga battery pack. 

"Jadi bukan bangun 1 pabrik saja, tapi Indonesia punya mining-nya, smelting-nya, kemudian produksi prekursor, battery pack, bahkan tadi disampaikan kami ingin juga energy storage stabilizer dan recycling-nya. Investasi yang dibutuhkan bisa sampai sampai 17 miliar dolar AS," ujarnya. 

Sekadar informasi, IBC merupakan konsorsium BUMN yang dibentuk untuk mengembangkan ekosistem industri baterai kendaraan listrik secara terintegrasi dari hulu ke hilir. Konsorsium ini baru saja diresmikan Menteri BUMN Erick Thohir.  

Holding ini terdiri dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau MIND ID, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam, PT Pertamina (Persero), dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) alias PLN. Nantinya, masing-masing perusahaan memiliki saham 25 persen. 

Pabrik pembuatan kendaraan listrik itu akan didesain secara terintegrasi mulai dari mining, smelting, kemudian produksi prekursor, hingga battery pack, sampai ekosistem kendaraan listrik benar-benar berjalan.