Bagikan:

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan pelebaran moderat defisit transaksi berjalan dari 0,14 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023 menjadi 0,76 persen dari PDB pada 2024.

"Perkiraan ini sedikit lebih baik dari perkiraan kami sebelumnya yaitu 0,94 persen dari PDB, mencerminkan surplus perdagangan yang lebih tinggi dari perkiraan pada kuartal II 2024," jelasnya dalam keterangannya, Jumat, 16 Agustus.

Meski demikian, Josua memperkirakan neraca transaksi berjalan akan menunjukkan defisit 0,83 persen dari PDB pada kuartal II 2024, melebar dari 0,64 persen dari PDB pada kuartal I 2024.

Menurut Josua peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh ekspansi musiman dari defisit pendapatan primer di setiap kuartal kedua, yang didorong oleh peningkatan pengembalian aset ke non-residen, meskipun surplus perdagangan membaik.

Untuk diketahui, Bank Indonesia akan mengumumkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI), termasuk neraca transaksi berjalan, untuk kuartal II 2024 pada 22 Agustus 2024.

Josua menjelaskan peningkatan defisit yang diantisipasi pada paruh kedua tahun 2024 disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk normalisasi harga komoditas secara bertahap dan risiko melemahnya permintaan global.

Namun, Josua menyampaikan kebijakan hilirisasi diharapkan dapat mengurangi ketergantungan transaksi berjalan pada harga komoditas, sehingga membatasi defisit.

"Selain itu, potensi penurunan suku bunga kebijakan global tahun ini dapat membantu meredam penurunan harga komoditas sampai batas tertentu," ujarnya.