Bagikan:

JAKARTA - Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) Indonesia akan tetap terkendali pada tahun 2024.

"Kami memperkirakan defisit transaksi berjalan cenderung terkendali pada tahun 2024, dengan peningkatan moderat dari -0,11 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2023 menjadi -0,75 persen dari PDB," jelasnya kepada VOI, Rabu, 15 Mei.

Josua menyampaikan ekspektasi ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk normalisasi harga komoditas secara bertahap, permintaan domestik yang solid sejalan dengan prospek ekonomi domestik yang positif, dan potensi dampak meningkatnya ketidakpastian global terhadap permintaan global secara keseluruhan.

Josua mengatakan pada hari Senin depan, Bank Indonesia akan merilis laporan Neraca Pembayaran kuartal I 2024, yang mencakup neraca transaksi berjalan.

Menurut Josua hal tersebut karena surplus neraca perdagangan turun dari 12,11 miliar dolar AS pada kuartal I 2023 menjadi 7,41 miliar dolar AS pada kuartal I 2024.

Oleh sebab itu, Josua memperkirakan neraca transaksi berjalan akan mencatat defisit minus 0,40 persen dari PDB pada kuartal 1 2024, dibandingkan dengan surplus 0,90 persen dari PDB pada kuartal 2023.

"Hal ini juga menunjukkan pelebaran dari defisit minus 0,38 persen dari PDB pada kuartal IV 2023," pungkasnya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia pada April 2024 mencapai 3,56 miliar dolar AS. Akan tetapi surplus ini mengalami penurunan sebesar 5,17 persen month on month (mom) jika dibandingkan bulan sebelumnya.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menyampaikan neraca perdagangan Indonesia April 2024 mengalami surplus 3,56 miliar dolar AS terutama berasal dari sektor nonmigas 5,17 miliar dolar AS, namun tereduksi oleh defisit sektor migas senilai 1,61 miliar dolar AS.

“Neraca perdagangan Indonesia April 2024 mengalami surplus 3,56 miliar dolar AS atau turun sebesar 1,02 miliar dolar AS secara bulanan,” tuturnya dalam konferensi pers, Rabu, 15 Mei.

Dengan demikian Pudji menyampaikan, surplus neraca perdagangan sudah berlangsung selama 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, atau selama 4 tahun beruntun.

Adapun surplus neraca perdagangan pada April 2024 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya dan secara tahunan. Jika dibandingkan pada April 2023, surplus neraca perdagangan turun 5,53 persen yang mencapai 3,94 miliar dolar AS.