Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan pemerintah menggelontorkan setidaknya Rp38 triliun akibat polusi udara.

Luhut bilang pihaknya akan melakukan rapat terkait suntik mati PLTU Suralaya yang dianggap telah menyumbang polusi udara selama 40 tahun. Selain itu, pemerintah juga akan menggencarkan penggunaan kendaraan listrik atau electric vehicles (EV) secara bertahap dan penggunaan BBM rendah sulfur.

"Karena pemerintah mengeluarkan Rp38 triliun untuk biaya berobat, ada yang melalui BPJS, ada yang melalui pengeluaran sendiri untuk kesehatan  karena akibat udara yang 170-200 index ini, itu banyak yang sakit ispa," ujar Luhut kepada awak medi saat ditemui di JCC, Rabu, 14 Agustus.

Luhut juga membandingkan kualitas udara atau air quality index (AQI) antara Ibu Kota Nusantara (IKN) yang hanya mencapai AQI 6 dengannJakarta yang menyentuh level 170 hingga 2000.

"Jadi kalau ada yang keberatan ya, ya kamu rasain aja sendiri terus-turusan. Saya ndak mau.," beber Luhut.

Tak hanya membanngkan dengan Jakarta, ia juga membandingkan AQI IKN dengan negara tetangga seperti Singapura yang dianggap masih jauh lebih tinggi dibandingkan IKN.

Dikatakan Luhut, AQI Singapura mencapai 24 hingga 30 poin.

"Kita Jakarta ini kalau bisa kalau kita tutup tadi Suralaya, kita berharap akan bisa turun mungkin di bawah 100 indexnya ini," sambung Luhut.

Apalagi, kata dia, nanti RI akan banyak menggunakan bus listrik. Untuk tahap awal, Luhut bilang akan ada penambahan 5.000 unit bus listrik yang akan mengaspal.

"Kemudian pabrik-pabrik yang ada di sekitar Jakarta akan kita kasih sensor untuk kita ketahui gas apa yang dikeluarkan, dioxine atau apa semacamnya karena itu semua berbahaya untuk kesehatan. Itu tanggungjawab pemerintah, tanggungjawab kita ramai-ramai," pungkas Luhut.