Bagikan:

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif buka suara terkait rencana Presiden RI Terpilih Prabowo Subianto yang ingin menggandeng Rusia dalam pengembangan energi nuklir.

Dikatakan Arifin, sejatinya nuklir menjadi salah satu sumber energi yang penting bagi Indonesia ke depannya. Meski demikian ia mengaku masih memerlukan pengembangan teknologi lebih lanjut.

Apalagi, pemerintah juga telah memiliki rencana penggunaan energi nuklir pascatahun 2040 mendatang. Arifin juga tidak menutup kemungkinan penggunaan teknologi ini dapt dilakukan lebih cepat dari rencana jika teknologi yqng digunakan sudah terbukti aman.

"Kita sudah menyiapkan energi nuklir itu kita rencanakan beyond 2040, tapi kalau memang teknologinya aman, komersial kompetitif, kenapa engga," ujar Arifin kepada awak media yang dikutip Jumat, 9 Agustus.

Arifin bilang, dibandingkan dengan teknologi nuklir skala besar, pemerintah lebih fokus pasa rencana pembangunan reaktor nuklir dalam skala yang lebih kecil seperti Small Modular Reactor (SMR).

"Mungkin SMR ya karena untuk skala besar belum ada area yang bisa memanfaatkannya secara penuh," tambah Arifin.

Terkait calon kandidat perusahaan yang akan menggarap Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan teknologi SMR, Arifin bilang hingga saat ini pihaknya belum mendapatkan kandidat yang strategis.

"Belum, kita harus evaluasi betul teknologinya ya, kemudian juga keekonomian," pungkas Arifin.

Untuk informasi, sebelumnya, Presiden Terpilih 2024-2029 Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke Rusia untuk menemui Vladimir Putin.

Pada kesempatan yang sama Prabowo juga mengungkapkan keinginannya untuk bekerja sama di bidang nuklir dengan Rusia

Indonesia sejauh ini punya tiga reaktor nuklir, yang rata-rata dibangun pada tahun 1970-an. Tiga reaktor itu, yaitu Reaktor Nuklir Kartini di Yogyakarta, Reaktor Triga 2000 di Bandung, dan Instalasi Reaktor Serba Guna G. A. Siwabessy di Serpong. Tiga reaktor itu saat ini diperuntukkan untuk pendidikan dan penelitian.