Bagikan:

JAKARTA - Hasil survei Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menunjukkan bahwa 99 persen masyarakat pengguna sosial media X sepakat pemberantasan produk impor ilegal. Namun, 64 persen warganet masih meragukan kinerja satuan tugas (Satgas) impor ilegal.

Hal itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan Indef sepanjang 25 Juli hingga 6 Agustus 2024 dengan 2.136 perbincangan atau komentar mengenai Satgas Impor ilegal di media sosial X.

Direktur Pengembangan Big Data Indef Eko Listiyanto menjelaskan masyarakat di jagat media sosial sepakat produk impor ilegal bisa mematikan usaha atau produk lokal, khususnya produk tekstil.

“Tentu ini suatu harapan yang bagus, bahwa ternyata 99,28 persen netizen itu sepakat produk impor ilegal itu harus dibasmi,” ujarnya dalam diskusi virtual, Kamis, 8 Agustus.

Meski begitu, sambung Eko, masih ada 64,09 persen masyarakat yang meragukan pembentukan Satgas Impor Ilegal bisa efektif mengatasi impor ilegal. Karena, berkaca dari pembentukan satgas-satgas sebelumnya tiap kali ada permasalahan, namun tidak memberikan efek signifikan.

“Yang dominan 64 persen itu merasa bahwa ini berkaca dari pembentukan satgas-satgas sebelumnya ya terlalu banyak satgas kayaknya di kita itu ya ada mungkin lebih dari 10 kali ada masalah, lalu ada satgas. Nah sepertinya satgas sebelumnya itu enggak cukup efektif,” katanya.

Selain itu, sambung Eko, netizen juga menyoroti penggerebekan gudang barang ilegal yang dilakukan satgas. Karena penggerebekan hanya dilakukan di hilir yang digerebek, di mana seharusnya sisi hulu menjadi incaran pertama.

Eko menekankan, bahwa 35,91 persen netizen merespons positif pembentukan Satgas Impor Ilegal. Mereka menaruh harapan bahwa satgas ini mampu menjalankan tugasnya untuk menjaga industri lokal dari terpaan barang impor ilegal.

“Jadi jangan buruk kecil hati ya karena sebagian 40 persen masih percaya (ke Satgas Impor Ilegal),” ucapnya.

Selain mendukung pemberantasan produk impor ilegal, sambung Eko, netizen juga mendorong para pelaku industri lokal untuk berbenah dan meningkatkan kualitasnya.

“Jadi di sini mereka (netizen) juga berharap bahwa kualitas dari produk dalam negeri kita itu juga harus dijaga dan ditingkatkan,” kata Eko.