Bagikan:

JAKARTA - Otoritas Jasa Kauangan (OJK) mencatat bahwa literasi dan inklusi keuangan masyarakat di perkotaan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan di pedesaan. Data tersebut mengacu pada hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Frederica Widyasari Dewi mengatakan indeks literasi keuangan komposit perkotaan sebesar 69,71 persen. Sementera di pedesaan sekitar 59,25 persen.

Sedangkan, sambung dia, indeks literasi keuangan konvensional perkotaan 69,61 persen. Sementara di pedesaan 58,55 persen. Begitu juga dengan indeks literasi keuangan syariah di perkotaan 45,27 persen, sedangkan di pedesaan 30,20 persen.

Kemudian, indeks inklusi keuangan komposit di perkotaan 78,41 persen, lebih tinggi dibanding pedesaan yang sebesar 70,13 persen. Sementara secara konvensional di perkotaan 77,21 persen, sedangkan di pedesaan 68,28 persen.

Perempuan yang akrab disapa Kiki ini mengatakan bahwa indeks inklusi keuangan syariah di perkotaan 14,73 persen, sedangkan di pedesaan 10,20 persen.

“Secara umum indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa akses ke uangan di wilayah perkotaan cenderung lebih baik dibanding pedesaan,” katanya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 2 Agustus.

Kiki mengungkapkan faktor yang bisa mempengaruhi tingginya akses terhadap produk layanan dan jasa keuangan yaitu tingkat pendidikan dan kesejahteraan.

“Semakin tinggi pendidikan dan kesejahteraan masyarakat maka semakin tinggi pula tingkat literasi keuangannya,” jelasnya.

Menurut Kiki, tersediaan infrastruktur di perkotaan juga lebih banyak daripada di pedesaan. Termasuk soal jaringan telekomunikasi.

“Kalau di perkotaan tentu faktor ketersediaan infrastruktur juga lebih banyak, lebih mudah diakses dengan jaringan telekomunikasi yang juga lebih baik,” tuturnya.