Bagikan:

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024.

Hasilnya, inklusi keuangan masyarakat 75,02 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat literasi keuangan 65,43 persen.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menjelaskan survei tersebut dilakukan dilakukan di 34 provinsi, yang mencakup 120 kabupaten/kota termasuk delapan wilayah kantor regional atau kantor OJK di wilayah tersebut.

Widya bilang survei lapangan berlangsung pada periode 9 Januari hingga 5 Februari 2024. Total responden atau jumlah sampel survei adalah 10.800 responden dengan karakteristik usia berkisar 15 hingga 79 tahun.

SNLIK 2024, sambung Widya, menggunakan metodologi stratified multistage cluster sampling atau secara stratifikasi. Dia bilang ini lah yang membedakan dengan survei SNLIK 2022 dan tahun-tahun sebelumya.

Berdasarkan hasil SNLIK 2024, sambung Widya, diperoleh indeks literasi keuangan dan inklusi keuangan untuk tahun 2023 berdasarkan hasil survei 2024. Dimana indeks literasi keuangan adalah 65,43 persen dan indeks inklusi keuangan adalah 75,02 persen.

“Jadi 65,43 persen dari populasi Indonesia memenuhi kriteria well literate dan 75,02 persen dari masyarakat Indonesia memiliki akses terhadap produk dan jasa keuangan,” katanya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 2 Agustus.

Widya menjelaskan yang dimaksud dengan kriteria well literate jika seseorang memenuhi lima parameter indeks literasi keuangan yaitu pengetahuan, keterampilan, keyakinan, sikap dan perilaku.

Penghitungan indeks inklusi keuangan SNLIK 2024 ini, sambung Widya, diperoleh dari penggunaan produk dan layanan jasa keuangan (LJK).

Rinciannya, kata Widya, indeks literasi keuangan konvensional memcapai 65,08 persen dan indeks inklusi keuangannya adalah 73,55 persen. Sementara untuk keuangan syariah indeks literasinya mencapai 39,11 persen dan indeks inklusi keuangan mencapai 12,88 persen.

“Kalau kita bagi bagaimana konvensional dan syariah, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa indeks keuangan terutama untuk layanan jasa konvensional ini lebih tinggi dibandingkan literasi keuangan untuk jasa layanan syariah,” jelasnya.