Bagikan:

JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ungkap kondisi ekonomi Indonesia yang saat ini tertahan di level 5 persen akibat capaian Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang masih tinggi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyampaikan, saat ini ICOR Indonesia masih terlampau tinggi di angka 6,8.

Artinya, setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi membutuhkan tambahan rasio investasi terhadap PDB sebesar 6,8 persen atau tidak kompetitif dengan negara di Kawasan Asean.

“Pertumbuhan ekonomi RI saat ini masih stagnan di kisaran 5 persen dengan ratio investasi terhadap PDB pada akhir 2023 lalu sebesar 29 persen. Jadi pekerjaan rumah kita masih panjang,” tuturnya kepada wartawan, Senin, 29 Juli.

Shinta menjelaskan, secara umum kondisi investasi Indonesia belum optimal dengan level ICOR yang tinggi tersebut.

Padahal, lanjutnya, investasi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Hal ini menyebabkan Indonesia kurang kompetitif dengan negara lainnya.

"Jadi kalau dilihat negara di ASEAN memiliki ICOR lebih rendah 4 persen hingga 5 persen. Untuk itu kita perlu meningkatkan efisiensi dan pada biaya-biaya usaha universal, cost of finance, cost of compliance, juga biaya energi, listrik, tenaga kerja dan lain-lain,” jelasnya.

Di sisi lain, Shinta menyampaikan, Indonesia juga membutuhkan pendalaman finansial, yang ditandai dengan peningkatan skala pembiayaan dan perluasan distribusi dari pada pembiayaan usaha untuk sektor-sektor usaha yang saat ini masih membutuhkan pembiayaan usaha yang memadai.

Shinta bilang, saat ini total saving atau tabungan bruto hanya 37 persen dari PDB dan total kapitalisasi pasar modal hanya 49 persen dari PDB.

“Jika kita ingin [ekonomi] tumbuh 6 persen - 7 persen, maka dibutuhkan rasio investasi terhadap PDB antara 41 persen - 47 persen,” pungkasnya.