JAKARTA - Tahun 2020 adalah periode yang "menggembirakan" bagi produsen minyak goreng. Kali ini, produsen minyak goreng Filma, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk atau PT Smart Tbk, berhasil meraup laba bersih Rp1,53 triliun di 2020.
Dikutip dari laporan keuangan perusahaan berkode saham SMAR tersebut, Senin 22 Maret, perusahaan mencetak pendapatan sebesar Rp40,43 triliun pada 2020. Perolehan itu lebih tinggi 11,7 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 perusahaan grup Sinar Mas ini yang sebesar Rp36,19 triliun.
Penjualan perusahaan milik konglomerat Eka Tjipta Widjaja ini terdiri atas penjualan segmen integrasi usaha produk konsumen dan aktivitas perdagangan sebesar Rp35,83 triliun, segmen perkebunan sebesar Rp5,81 triliun, dan segmen lainnya sebesar Rp2,93 triliun.
Beban pokok pendapatan SMAR hanya naik 7 persen menjadi Rp34,55 triliun dibandingkan dengan 2019 sebesar Rp32,28 triliun. Selain itu, perseroan juga berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan bunga Rp221,07 miliar dan pendapatan lain-lain sebesar Rp516,55 miliar.
Alhasil, PT Smart Tbk membukukan laba bersih yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,53 triliun. Capaian ini terhitung luar biasa, karena berhasil melejit 71,2 persen dibandingkan dengan perolehan 2019 sebesar Rp898,63 miliar.
BACA JUGA:
Adapun total liabilitas SMAR membengkak menjadi Rp22,5 triliun pada akhir 2020, dibandingkan dengan posisi akhir 2019 sebesar Rp16,85 triliun. Total liabilitas itu terdiri atas liabilitas jangka pendek sebesar Rp14,35 triliun dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp8,14 triliun.
Dari sisi aset, PT Smart Tbk mencatatkan Rp35,02 triliun pada 2020, dibanding posisi akhir Desember 2019 sebesar Rp27,78 triliun. Total aset tersebut termasuk kas dan setara kas perseroan per akhir 2020 yang naik 191,33 persen menjadi Rp2,82 triliun dibandingkan dengan posisi akhir 2019 sebesar Rp969,2 miliar.
Sebelumnya, produsen minyak goreng Bimoli milik konglomerat Anthony Salim juga cuan besar pada 2020. PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) berhasil mencetak laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp234,28 miliar, berbanding terbalik dengan posisi 2019 yang merugi Rp546,14 miliar.