Wujudkan Kemandirian Alat Kesehatan, Indonesia Luncurkan Tes COVID-19 dengan Air Liur
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Pemerintah terus mendorong agar Indonesia dapat mewujudkan kemandirian alat kesehatan. Setelah sebelumnya mengeluarkan tes kesehatan COVID-19 dengan hembusan nafas atau GeNose, kini peneliti Tanah Air kembali hadirkan tes COVID-19 dengan menggunakan saliva atau air liur.

PT. Kalbe Farma Tbk (Kalbe) meluncurkan Kit Tes Saliva karya peneliti tanah air untuk mendeteksi COVID-19. Berbeda dengan swab tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang menggunakan sampel usap dari belakang tenggorokan (nasofaring) dan belakang hidung (orofaring), tes saliva hanya membutuhkan sedikit sampel air liur.

Tes COVID-19 dengan sampel air liur ini menggunakan metode RT-LAMP yang dapat mendeteksi secara spesifik asam nukleat yang merupakan material genetik dari virus SARS CoV-2. Hasilnya, mirip dengan pemeriksaan dengan RT-PCR.

Direktur PT. Kalbe Farma Tbk Sie Djohan mengklaim hasil tes ini akurat dan relatif lebih nyaman saat digunakan dibandingkan dengan RT-PCR. Tak hanya itu, kata dia, tes ini dapat dengan mudah dilakukan di laboratorium atau klinik pada umumnya. Sebab, hanya menggunakan peralatan yang relatif sederhana.

Djohan mengatakan pengambilan sampel pun bisa dilakukan secara mandiri. Artinya pengguna bisa menaruh sampel air liurnya sendiri di tabung yang akan disediakan. Sehingga tidak perlu menggunakan tenaga ahli untuk mengambil sampel seperti test dengan RT-PCR.

"Akurasinya yang juga sangat baik. Karena RT-LAMP ini juga menggunakan teknologi yaang sama yaitu tes molekuler yang sama dengan RT-PCR yang dideteksi dengan asam nukleat bukan protein dan test kita sudah divalidasi, dibandingkan dengan RT-PCR dengan akurasi yang relatif mirip," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, 19 Maret.

Hasil tes COVID-19 saliva dapat diketahui dengan cepat

Kata Djohan, kelebihan tes ini dibanding dengan tes RT-PCR adalah hasil yang didapat bisa lebih cepat, tidak lebih dari 24 jam dan tidak perlu menunggu banyak sampel terlebih dahulu untuk kemudian diproses di laboratorium.

"Bisa dilakukan hanya dalam hitungan tidak sampai 2 jam. Tidak perlu menunggu sampel, kalau RT-PCR kan kita mengunggu sampel cukup banyak dulu. Ini kita tidak perlu melakukan itu. Satu dua sampe bisa segera kita lakukan, tes dijalankan tanpa harus fulling dulu. Ini yang membuat tesnya jauh lebih cepat," jelasnya.

Djohan mengatakan, tes kesehatan COVID-19 ini merupakan 100 persen hasil karya anak bangsa yang dikembangkan di Sten Cell and Cancer Institute yang merupakan unit research yang ada di Kalbe Farma.

"Diharapkan dengan tes inovatif ini bisa membantu mempercepat dan memperluas kebutuhan skrining, identifikasi, maupun kontak trashing," katanya.

Aman untuk anak-anak

IVD Division Research Manager Stem Cell and Cancer Institute Akterono D Budiyati mengatakan kehadiran tes inovatif ini bisa menjadi pilihan yang sangat baik karena memiliki performa akurasi tinggi, dengan sensitivitas 94 persen dan spesifisitas 98 pesen.

Berdasarkan studi dari Yale School of Public Health, kata Akte, kadar virus COVID-19 pada air liur, sebanding dengan swab hidung atau mulut. Disampaikan pula bahwa spesimen Saliva dari 20 individu positif COVID-19 bisa disimpan di suhu ruang atau 19 derajat celsius hingga 5 hari.

"Sampel saliva tidak membutuhkan alat khusus dan tidak menimbulkan risiko muntah ataupun hidung

sensitif, dimana hal ini sangat memudahkan bagi anak-anak, orang yang hipersensitif dan merupakan pilihan tepat saat beribadah puasa yang akan segera menjelang," tuturnya.

Lebih lanjut, Akte mengatakan, pihaknya melakukan penelitian tes COVID-19 dengan air liur ini mulai pertengahan 2020. Alat tes pun mampu membedakan individu terinfeksi SARS-CoV-2 dengan mereka yang tidak mengalami infeksi.

Sementara itu, Direktur PT. Innolab Sains Internasional (KALGen Innolab) Henry Sukardi mengatakan alat tes ini bisa digunakan oleh siapapun mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Namun, Henry menyarankan agar mereka yang ingin menggunakan alat tes kesehatan COVID-19 ini,  berpuasa terlebih dahulu selama 30 menit agar mendapatkan hasil lebih akurat.

"Siapa yang bisa menggunakan? Selama pasien tersebut sudah bisa mengeluarkan ludah, itu bisa dilakukan pemeriksaannya," tuturnya.

Harganya lebih murah dari tes RT-PCR

Direktur PT Innolab Sains Internasional (KALGen Innolab), Henry Sukardi mengatakan untuk melakukan tes COVID-19 saliva ini, masyarakat harus merogoh kocek sebesar Rp488.000.

Namun, kata dia, ada harga khusus sampai 31 Maret 2021 di mana masyarakat hanya perlu membayar sebesar Rp400.000. Dengan harga tersebut, tes ini dianggap lebih ekonomis.

"Dibandingkan harga PCR terutama yang layanan di hari yang sama, ini harganya sangat jauh lebih efisien (hanya Rp400 ribu)," katanya.

Kata Henry, alat tes COVID-19 dengan saliva ini akan dijual secara Business to Business (B2B) dan akan dikirim ke laboratorium-laboratorium yang berminat di seluruh Indonesia.

Saat ini, Kalbe Farma baru bisa memproduksi setengah juta atau 500.000 alat kit tes saliva. Rencananya kapasitas produksi akan ditingkatkan menjadi satu juta alat kit tes saliva.

Bisa jadi syarat perjalanan

Lebih lanjut, Henry Sukardi mengatakan tes COVID-19 saliva menggunakan teknologi RT-LAMP. Tes molekular tersebut  termasuk dalam kategori Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) bersama dengan RT-PCR dan TCM sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK. 01.07/ MENKES/446/2021. Sehingga, sudah bisa digunakannya sabagai syarat perjalanan.

"Karena ini sudah masuk dalam KMK 446. Kalau untuk (syarat) perjalanan di dalam negeri atau di Indonesia, itu bisa digunakan," tuturnya.

Namun, Henry mengatakan belum bisa memastikan apakah tes COVID-19 dengan saliva ini dapat digunakan juga sebagai syarat perjalanan ke luar negeri. Sebab, aturan disetiap negara berbeda-beda.

"Kalau keluar negeri, setiap negara mempunyai kebijakan masing-masing. Sehingga harus dilihat kebijakannya lebih lanjut," jelasnya.

Sebelumnya, beberapa waktu lalu Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro tengah mempertimbangan penggunaan metode tes saliva untuk menguji COVID-19. Dengan begitu diharapkan proses testing bisa lebih cepat dan pengambilan sampel bisa lebih mudah karena hanya menggunakan air liur.