JAKARTA - Alat skrining COVID-19 melalui embusan napas buatan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose baru-baru ini mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan dan bulan depan siap untuk diedarkan. Kehadiran GeNose dianggap sebagai titik awal Indonesia untuk mewujudkan kemandirian alat kesehatan nasional.
Keberhasilan para peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mengembangkan GeNose C19 menjadi kebanggaan tersendiri. Pasalnya, GeNose C19 ini merupakan inovasi pertama di Indonesia untuk pendeteksian COVID-19 melalui embusan napas. GeNose C19 terhubung dengan sistem cloud computing melalui aplikasi berbasis kecerdasan artifisial untuk mendapatkan hasil diagnosis secara real time.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono menilai, GeNose satu contoh inovasi anak bangsa yang memberi sumbangsih mewujudkan kemandirian alat kesehatan (alkes) nasional.
"GeNose C19 merupakan bukti kemandirian bangsa bahwa kita melakukan hal baru dalam inovasi (alat kesehatan)," katanya, dalam webinar, Jumat, 15 Januari.
Lebih lanjut, Dante mengatakan, pemerintah mendukung pengembangan inovasi alkes peneliti Tanah Air. Namun, pengembangan perlu memperhatikan uji validasi seperti sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value, serta negative predictive value.
"Uji validasi GeNose perlu ditingkatkan. Sensitivitas dan spesifisitas GeNose lebih dari 90 persen tapi ke depan tetap harus selalu dikaji lebih lanjut uji validitasnya," ujar Dante.
BACA JUGA:
Bantu Indonesia Keluar dari Ketergantungan Impor
Menristek/Brin Bambang Brodjonegoro, mengapresiasi kehadiran GeNose, alat untuk skrining COVID-19 melalui embusan napas. Bambang meyakini, alat tersebut bisa jadi solusi dalam mengurangi ketergantungan Indonesia pads Polymerase Chain Reaction (PCR) impor untuk testing COVID-19.
"GeNose itu bagi kami adalah inovasi untuk mengurangi alat skrining yang berasal dari luar negeri," katanya, dalam webinar, Jumat, 15 Januari.
Pemerintah, kata Bambang, pada awal pandemi banyak mendatangkan alat skrining COVID-19 dari berbagai negara. Tapi, tanpa standar yang jelas. Sehingga, munculnya kesalahan saat testing di lapangan akibat kekurangakuratan tes yang dilakukan.
Lebih lanjut, Bambang berujar, kehadiran GeNose menjadi terobosan untuk mendeteksi virus di tengah masyarakat. Hal inu karena skrining yang dilakukan alat tersebut tidak berbasis antibodi maupun antigen tapi senyawa volatile organic compound (VOC). Senyawa ini dapat digunakan untuk membedakan orang yang terinfeksi atau tidak.
"GeNose sangat kita sambut baik karena selain bagian dari Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 juga bentuk sinergi pemerintah, peneliti dan dunia usaha," jelasnya.
Bambang berharap, GeNose dapat terus ditingkatkan sisi akurasinya. Sebab, sangat menentukan proses tracking, tracing, testing dan treatment penanganan COVID-19 di Tanah Air, serta keberhasilan gerakan roda perekonomian nasional.
"Dari sisi penelitian tentunya harus selalu dilakukan update. Apalagi yang digunakan adalah mesin learning, yang artinya tingkat akurasi akan semakin baik apabila terus dilakukan perbaikan pada software maupun dengan menggunakan data yang lebih banyak yang menjadi input dari mesin tersebut," ucapnya.
Lebih lanjut, Bambang berpesan agar jangan berpuas diri dengan versi GeNose C19 saat ini. Menurut dia, GeNose C19 harus terus dilakukan pembaharuan agar akurasinya semakin baik. "Pastikan GeNose C19 ini harus benar-benar berguna dan bermanfaat di masyarakat," tuturnya.
Dibandrol Rp62 Juta Per Unit
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Ristek/BRIN Ali Ghufron Mukti mengatakan alat skrining cepat COVID-19 lewat embusan napas, hasil buatan anak bangsa GeNose bakal dijual dikisaran Rp60 jutaan.
"Kira-kira berapa harga jual alat ini? ini Rp62 juta lah alatnya," tuturnya, dalam webinar, Jumat, 15 Januari.
Sementara itu, Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19 Eko Fajar Prasetyo berujar alat tes COVID-19 ini bakal dirilis bulan depan atau tepatnya Februari. Hal ini seiring dengan dikeluarkannya izin edar dari Kementerian Kesehatan.
"Untuk target Februari, kami sekarang sedang menghitung, kami target Februari 3.000 rilis Insyaallah," kata Eko.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengungkapkan bahwa alat tes COVID-19 hasil inovasi anak bangsa tersebut kebanjiran order.
Kata Bambang, order yang sudah diterima, bahkan melebihi kapasitas produksi. Untuk itu, dia meminta industri yang terlibat dalam produksi GeNose bisa meningkatkan kapasitas produksi.
"Dari sisi industri mohon dipastikan selain kita bisa memenuhi order yang sudah datang, yang saya tahu jauh dari kapasita produksi sekarang. Namun kita harapkan kapasita produksinya dapat segera mengejar," tutur Bambang.
Perlu diketahui, GeNose adalah alat skrining cepat buatan anak bangsa yang tesnya berbeda dengan tes antigen atau swab. Tes yang dilakukan dengan GeNose berbasis embusan napas.
Nantinya, sampel embusan napas pasien yang diambil dengan menggunakan GeNose, apabila hasilnya positif tetap harus divalidasi dengan menggunakan uji standar swab PCR Test.
GeNose C19 juga sudah mendapatkan izin edar Kemenkes dengan No. KEMENKES RI AKD 20401022883 pada 24 Desember 2020. Alat ini nantinya akan dipakai untuk membantu pemerintah dalam penanganan COVID-19 melalui deteksi cepat.