Bagikan:

JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mewanti-wanti terjadinya kenaikan harga keramik lokal jika pemerintah jadi memberlakukan kebijakan bea masuk anti dumping (BMAD) sekitar 100 hingga 200 persen.

Kepala Center of Industry, Trade and Investment Indef, Andry Satrio Nugroho mengatakan jika Indonesia benar-benar memberlakukan kebijakan BMAD terhadap keramik asal China, akan memicu expented inflation atau kenaikan harga.

Berdasarkan data di lapangan, sambung dia, rata-rata harga keramik porselen B1a atau daya serap air antara 0 sampai 0,5 persen asal China, dengan ukuran 60x60 adalah Rp75.000 sampai Rp80.000 per meter persegi.

Dengan diterapkannya BMAD, sambung Andry, maka akan terjadi kenaikan sekitar Rp150.000 sampai Rp225.000 per meter persegi.

“Tinggal dikalikan luas ruangan. Jika kita biasanya mengeluarkan (biaya pembelian keramik) tidak sampai puluhan juta, sekarang harus mengeluarkan besaran tersebut kalau produknya tetap masuk ke Indonesia,” tuturnya dalam acara diskusi di Jakarta, Selasa, 16 Juli.

Begitu juga dengan harga keramik lokal, Andry bilang keramik porselen dibanderol dengan kisaran harga Rp75.000 hingga Rp90.000 per meter persegi di pasaran. Nantinya, harga tersebut akan terkerek naik seiring dengan diterapkannya BMAD.

Menurut Andry, kenaikan keramik porselen dari harga tersebut akan berada di bawah BMAD sekitar Rp80.000 sampai dengan Rp120.000 per meter perseginya.

“Kami melihat bahwa produser dalam negeri ini pasti akan ikut serta meningkatkan margin dengan cara menaikkan harga jual. Karena harga impor keramik akan meningkat tajam, tentunya akan dibatasi dibawa harga pengenaan BMAD,” ucapnya.

Di sisi lain, Andry juga bilang penerapan kebijakan BMAD terhadap keramik China ini juga memiliki dampak negatif. Salah satunya adalah memunculkan balasan dari negara tersebut terhadap produk asal Indonesia.

“Kemungkinan yang akan terjadi adalah retaliasi atau balasan yang akan dilakukan oleh pihak China terhadap produk-produk asal dari Indonesia,” tuturnya.